Gaya komunikasi Paulus sungguh jujur dan “dari hati ke hati”. Bagaimana dengan kita? Apakah gaya komunikasi kita sudah jujur? Alih-alih mencerca pribadi tertentu (misalnya: pasangan, rekan kerja, teman, atau tetangga) di media sosial, beranikah kita berbicara “dari hati ke hati” dengan pribadi tersebut untuk menyampaikan isi hati kita? Bukankah dengan berani berbicara hati ke hati, salah paham dan perselisihan dapat kita selesaikan?
Wasana kata, kita diajak meneladan Paulus, penulis surat nan ulung, di zaman media sosial ini. Saring sebelum sharing: Saringlah dengan bijaksana apa pun yang hendak Anda bagikan di media sosial. Jangan sampai kita ikut menyebarluaskan aneka berita bohong (hoaks) yang memperkeruh hubungan dengan sesama. Apakah yang kita bagikan benar-benar “Tiga B”: Benar, Bermanfaat, dan Bermoral?
Mari kita resapkan dalam hati nasihat Paulus pada Timotius berikut ini: “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan” (2 Tim 2:15-16).
(Diolah dari naskah untuk sebuah majalah rohani)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H