Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Genting Tanah Liat Bisa Bahaya Saat Gempa, Saatnya Beralih ke Atap Ringan dan "Teletubbies"

28 Juni 2021   17:43 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:40 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah rusak akibat gempa di Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul Senin (28/6/2021)(Dok Lurah Girisekar)

Gempa bumi kembali melanda DIY. Pada Senin pagi pukul 05.15 tanggal 28 Juni 2021 gempa berkekuatan 5,1 skala Richter terdeteksi dengan pusat gempat 55 kilometer barat daya Gunungkidul, Yogyakarta. Getaran gempa dirasakan di sekitar wilayah DIY dan Jawa Tengah.

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menulis di akun Twitternya bahwa gempa Jogja itu memiliki kemiripan dengan gempa di Malang selatan pada 10 April dan 21 Mei 2021. Sifatnya adalah berpusat di dalam lempeng (intraslab) pada kedalaman menengah. 

Gempa di Gunungkidul, Yogyakarta tersebut sejauh ini tidak menimbulkan korban jiwa. Akan tetapi, Kompas melaporkan bahwa sejumlah rumah mengalami kerusakan. Nah, salah satu bagian rumah yang mengalami kerusakan parah adalah atap dengan genting berbahan tanah liat.

Sebagai penyintas dan relawan gempa DIY 2006, saya ingin membagikan penyadaran akan pentingnya memiliki rumah dengan atap ringan untuk mengantisipasi gempa. Keluarga saya beralih ke atap baja ringan alih-alih genting tanah liat yang berat.

Atap genting tanah liat berbahaya saat gempa bumi

Atap genting tanah liat bisa berbahaya saat terjadi gempa bumi. Dirilis seismicresilience, genting beton dan tanah liat yang berat sangat berbahaya kala terjadi gempa bumi.

Genting tanah liat rentan terlepas dan jatuh menimpa siapa pun dan apa pun di bawahnya. Genteng tanah liat rawan copot dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai kekuatan gempa.

Salah satu kunci bangunan tahan gempa adalah ketahanan strukturalnya, termasuk beban atap yang masih dapat didistribusikan secara merata ketika gempa terjadi. 

Atap yang berbahan tanah liat yang berat tentu menimbulkan beban berat bagi struktur bangunan di bawahnya sebagai penyangga. Jika atap semakin ringan, semakin ringan pula beban yang harus disangga oleh struktur bangunan secara keseluruhan.

Selain itu, rupanya struktur atap rumah tradisional Jawa Tengah dan Yogyakarta yang berbentuk limasan dan cenderung meruncing juga lebih mudah rusak diguncang gempa. 

Twitter BPBD Bantul @PuspaslobBantul melaporkan gempa juga dirasakan di Bantul dengan kisaran III hingga IV MMI dan menimbulkan kerusakan pada bangunan dengan atap limasan atau cenderung meruncing. Setidaknya ada tiga bangunan rusak. 

Pentingnya konstruksi atap tahan gempa

Menurut panduan Ciptakarya Dinas Pekerjaan Umum, taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang masuk dalam kategori bangunan tahan gempa, yaitu yang memenuhi berikut ini:

a. Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali.

b. Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada elemen-elemen non-struktural, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen struktur.

c. Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh runtuh baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki; bangunan tersebut boleh mengalami kerusakan tetapi
kerusakan yang terjadi harus dapat diperbaiki dengan cepat sehingga dapat berfungsi kembali.

Dilansir BPPT, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama tahun 2020, sebanyak 1.926 unit rumah rusak diakibatkan oleh gempa. Kerusakan bangunan sering mengakibatkan korban luka hingga meninggal ketika bencana gempa terjadi.

Kepala BPPT mengatakan risiko bencana gempa bumi, khususnya yang mengakibatkan kerusakan bangunan perlu diantisipasi dengan hunian atau rumah, yang didesain tahan terhadap gempa, baik secara struktur, konstruksi dan material.

Di DIY, tepatnya di Sleman telah dibangun rumah dome yang struktur atapnya praktis sangat aman dan tahan gempa. Rumah dome itu dibangun untuk menampung warga korban gempa Jogja 2006.

Potret tampak depan rumah dome-dokpri
Potret tampak depan rumah dome-dokpri
Bentuk rumah dome ini mirip rumah boneka lucu Teletubbies sehingga warga menyebutnya rumah Teletubbies. Saat ini lokasi rumah Teletubbies itu menjadi daerah wisata yang edukatif dan unik. 

Rumah dome "Teletubbies" ini dibangun dari bahan dasar berupa campuran selulosa dan expanded polystyrene, yaitu generasi ke-4 setelah kayu, besi dan beton. Rumah dome ini tidak memiliki batasan antara dinding dan langit-langit. Desain rumah ini kokoh terhadap angin, api, dan gempa.

Rumah Teletubbies terletak di Desa Ngelepen, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Silakan kunjungi rumah dome Teletubbies ini jika Anda ke kawasan DIY. 

Saya menyarankan agar pemerintah memperbanyak pembangunan rumah tahan gempa dan berharga murah, termasuk dengan struktur rumah dome ala Teletubbies ini. Saya yakin, kalangan tertentu akan sangat tertarik memiliki rumah unik tanah gempa ini. 

Keluarga saya beralih ke atap baja ringan

Menyadari bahaya atap genting tanah liat kala terjadi gempa kuat, keluarga saya beralih ke atap baja ringan. Rumah "baru" kami (saat ini sudah tua juga) yang dibangun setelah gempa Jogja 2006 menggunakan atap baja ringan.

Waktu itu ayah saya yang mencetuskan gagasan rumah beratap baja ringan yang lebih aman saat gempat terjadi. Memang benar, biaya pemasangan dan biaya pembelian atap baja ringan lebih mahal dibanding atap genting tanah liat. 

Dilansir sebuah situs, biaya pemasangan atap baja ringan untuk rumah tipe 36 adalah Rp 24 juta (harga perkiraan tahun 2020). Silakan mencari informasi sendiri di aneka situs bahan bangunan dan atau bertanya pada para ahli bangunan.

Keuntungan rumah baja ringan adalah tahan gempa karena struktur atap berbeban ringan, tidak mudah tersulut api, dan material bisa tahan lama dan tidak mudah kusam. 

Kerugian rumah beratap baja ringan adalah harga yang relatif mahal, atap menyerap panas, ukuran sudah ditentukan pabrik (tidak bisa sembarangan custom), dan mungkin juga belum mudah didapatkan di seluruh daerah. 

Silakan Anda mempertimbangkan beralih ke rumah beratap lebih ringan. Tidak harus atap baja ringan karena sejatinya rumah tradisional beratap ijuk dan bertulang atap bambu yang diikat dengan baik pun tahan gempa. 

Selain itu, rumah beratap genting tanah liat pun bisa relatif aman jika dibangun sesuai kaidah rumah tahan gempa. Salam edukasi bencana. Artikel ini tidak disponsori perusahaan mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun