Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ini 3 Cara Jadi Superhero dengan Mendukung Penulis Buku

14 Juni 2021   17:36 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:45 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tidak sedikit kaum muda bercita-cita menjadi penulis sukses. Mungkin karena mendapat inspirasi dari kisah para penulis buku laris. Siapa tidak ingin menjadi penulis sukses seperti Ayu Utami, Andrea Hirata, Tere Liye, Ika Natassa, Pidi Baiq, dan sederet penulis tenar lainnya?

Akan tetapi, jangan buru-buru senang dulu. Mau tahu berapa royalti yang didapat penulis pemula dari satu buku? Silakan ambil tisu dulu karena kalimat selanjutnya mengandung bawang.

Penulis pemula rata-rata "hanya" mendapat sekitar sembilan sampai sepuluh persen dari harga buku di toko. Misal, dari sebuah buku seharga Rp50.000, penulis memperoleh Rp5.000 saja.

Inilah realita nasib penulis buku di Indonesia, negeri yang konon memiliki minat baca sangat rendah di dunia. Jajak pendapat UNESCO pada 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia cuma 0,001 persen. Ini berarti, hanya ada satu dari seribu orang Indonesia yang masih mau membaca buku secara serius.

Jumlah buku di Indonesia sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk. Sebuah buku di Indonesia dibaca oleh 15 ribu orang. Hal ini sangat jauh dari standar yang ditetapkan UNESCO, yaitu bahwa semestinya satu buku dibaca oleh dua orang. Artinya, Indonesia sejatinya perlu lebih banyak buku bermutu.

Sayang sekali, kebijakan pemerintah masih belum mampu menggairahkan industri buku. Entah berapa jenis pajak yang dikenakan terhadap kertas, buku, dan penulis.

Sejak masa Orde Baru, subsidi justru banyak dialokasikan untuk bahan bakar fosil. Ini demi membuat rakyat senang dan kenyang. Pemerintah kita sedari zaman baheula lupa membuat rakyat cerdas dengan subsidi harga buku dan insentif bagi penulis buku bermutu.

Pandemi Covid-19 yang menghantam tanah air makin memperparah kelesuan industri buku nasional. Entah berapa penerbit yang gulung tikar atau sekarat kala si Covid-19 merajalela.

Matinya sejumlah (besar) koran dan majalah (sastra) cetak yang tidak mampu beradaptasi dengan zaman serbadigital hanya memperparah derita para penulis. Bahkan koran nasional pun menawarkan honor yang relatif kecil. Tak sebanding dengan kerja keras penulis dalam merangkai gagasan.

Merebaknya media daring dengan target klik harian yang dibebankan kantor pusat membuat praktik jurnalisme malas (lazy journalism) dan praktik umpan klik (clickbait) merebak bak jamur di musim penghujan.

Pembaca seringkali dipaksa membaca artikel yang disalin "jurnalis" dari status media sosial artis dan pemengaruh, tanpa upaya peliputan serius.

Tak mengherankan bila lama-lama generasi muda kita makin tidak mampu memahami teks secara serius, mudah termakan hoaks, dan tidak belajar merangkai kalimat dengan logis.

Inilah lingkaran setan kebodohan akibat kurangnya buku-buku bermutu yang seharusnya didapatkan masyarakat dengan mudah dan murah!

Menulis adalah menyusuri jalan sunyi

Robert Frost (1874--1963), penyair Amerika Serikat pernah menulis sebuah puisi yang sangat menyentuh hati saya. Judulnya "The Road Not Taken" (1916). Artinya kurang lebih kebahagiaan kala memilih jalan yang jarang dipilih orang.

 "Aku akan mengatakan ini sambil menghela nafas/ di suatu tempat berabad-abad/
Dua jalan di dalam hutan, dan aku---aku memilih jalan yang jarang dilalui,
dan hal itu telah membuat semuanya berbeda."

Menulis atau menekuni kegiatan menulis di Indonesia kiranya adalah menyusuri jalan sunyi yang jarang dilalui orang. Tidak banyak orang yang menangguk keuntungan materi secara signifikan dari menulis, baik sebagai penulis purnawaktu maupun paruhwaktu.

Tiga Cara Menjadi Superhero dengan Mendukung Penulis

Menyadari betapa "gilanya" situasi perbukuan nasional, mari kita menjadi superhero atau pahlawan super bagi penulis buku di Indonesia dengan tiga cara ini:

Pertama, selalu membeli karya asli

Superhero selalu membeli karya asli. Membeli karya asli adalah penghargaan terbaik yang bisa kita berikan pada para penulis di Indonesia ini. Hindari membeli buku bajakan atau menyebarkan utas (link) buku bajakan.

Kedua, hindari meminta buku gratis

Superhero tidak tega minta buku gratis. Usahakan membeli buku hasil karya penulis, juga mereka yang kita kenal dekat. Saya dulu selalu meminta, "Minta dong satu buku gratisan untukku!" Sekarang saya mengubah pertanyaan jadi: "Wah, selamat atas terbitnya buku barumu. Aku mau beli!"

Meskipun pada akhirnya teman saya si penulis itu dengan tulus memberi buku gratis pada saya, setidaknya saya sudah membuatnya merasa dihargai.

Ketiga, tulislah komentar dan resensi buku

Setelah membeli dan membaca buku, jangan lupa menulis komentar dan resensi buku. Komentar bisa kita tayangkan di media sosial kita. Resensi bisa kita tulis di blog pribadi atau kita kirim ke media daring.

Berikan penilaian jujur atas buku yang baru saja kita baca. Tentu saja kita perlu menulis komentar dan resensi yang berimbang dan inspiratif. Kritik perlu kita kemas dengan santun dan konstruktif agar penulis dan calon penulis mendapat masukan berharga.

Akhirulkalam

Menulis buku itu ibarat rindu. Berat. Mungkin kita tidak akan kuat. Salam hormat untuk para penulis Indonesia. Mari menjadi pahlawan super bagi penulis buku di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun