Sebenarnya, soal ujian yang baik harus sesuai pula dengan tujuan tiap mata pelajaran dan kuliah. Guru dan dosen yang baik tentu akan membuat soal ujian yang kurang lebih mampu mengukur apakah tujuan tiap mata pelajaran itu dicapai oleh siswa.
Saya tidak tahu bagaimana persisnya kriteria tiap pelajaran zaman kini. Akan tetapi, tentu tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan itu mudah diakses, entah dari penjabaran di kelas atau mencari tahu dari situs sekolah.
Peluang soal muncul dari memperhatikan tujuan tiap mata pelajaran dan kuliah berkisar antara 70-100 persen menurut pengamatan saya.Â
Kelima, jangan cuma belajar sebagian materi
Sudah saya bilang, pelajarilah seluruh materi. Jangan cuma belajar sebagian materi dengan mengandalkan feeling atau menghitung kancing baju sambil melirik kisi-kisi. Apalagi sambil minum air larutan buku pelajaran yang dibakar.
Materi tetap harus dibaca dan dipelajari walau tidak ditekankan guru/dosen karena ilmu itulah yang penting. Selain itu, yang namanya guru dan dosen itu tidak bodoh. Hehehehe.
Mereka juga punya strategi kejutan agar siswa tidak hanya mengandalkan soal tahun-tahun silam. Beberapa bahkan tidak mau memberi kisi-kisi dengan tujuan baik, yakni agar siswa belajar seluruh materi.Â
Satu lagi pengalaman saya, pernah dosen saya memberi kisi-kisi yang sebenarnya adalah seluruh materi yang ia ajarkan secara detail. Hahaha...sama saja kami diminta belajar semua.
Yang lebih "dahsyat" lagi, dosen itu menanyakan seluruh kisi-kisi saat ujian. Gila, nggak? Enggak juga sih. Kan dia sudah bilang pada kami: pelajari semua kisi-kisi dan dia bebas memilih soal mana yang keluar.
Dia memilih mengeluarkan semua kisi-kisi sebagai soal ujian, dengan menuntut jawaban singkat maksimal tiga baris kertas untuk tiap soal (sekitar 20 waktu itu). Ujian paling unik seumur hidup saya.Â
Tahu nggak hasilnya? Yang jelas tidak ambyar karena semua sudah saya pelajari sesuai perintahnya. Bodoh-bodoh begini, saya siswa yang baik, kok.