Menurut para penjaga, Ndakazi dan Ndeze adalah gorila pertama yang dirawat di Pusat Pengasuhan Gorilla Gunung Senkwekwe. Nkakazi dan Ndeze menjadi gorila yatim piatu 12 tahun lalu ketika keluarga mereka dibunuh oleh pemburu.
Karena gorila sangat dekat dengan penjaga dan penjaga sejak usia muda, mereka belajar meniru manusia. "Gorila suka meniru semua yang kami lakukan," kata Shamavu.
Dia mengatakan para pengasuh di panti asuhan mencoba memberi hewan akses sebanyak mungkin ke lingkungan alami mereka. Akan tetapi, para gorila itu pasti juga tetap menunjukkan "perilaku yang hampir sama dengan manusia".
Mereka membutuhkan perawatan yang rutin. Par penjaga tinggal bersama para gorila dan memberi mereka makan, bermain dengan mereka, dan menemani mereka.
“Pengasuh gorila dan anak-anak gorila yatim piatu itu menjadi satu keluarga,” kata Andre Bauma, kepala penjaga gorila. “Mereka tahu kami adalah ibu mereka. Mereka adalah anggota keluarga kami. Kami adalah teman mereka. "
Taman Virunga yang mengandalkan sumbangan pengunjung, kini sedikit terbantu setelah viralnya momen "selfie gorila" untuk membantu mengumpulkan dana.
Gorila sadar kamera dan kegemaran manusia ber-selfie
Mungkinkah "selfie dengan primata" menjadi ikon wisata di Indonesia? Di sejumlah kebun binatang, kegiatan foto dengan satwa memang sudah dilakukan untuk menarik pengunjung.
Lazimnya, pengujung bisa berfoto dengan ular, burung kakaktua, dan sejumlah primata. Di Pulau Komodo, wisatawan pun bisa berfoto dengan komodo. Tentu dengan teknik pengambilan gambar tertentu agar tetap aman.
Tantangannya, tak semua hewan (termasuk primata) mudah diajak ber-selfie ria. Biasanya hanya hewan yang sudah sejak dini akrab dengan manusia saja yang bisa "diajak selfie". Selain itu, hewan juga sejatinya punya dunia dan tabiatnya sendiri.