Syukurlah, kini sudah banyak media massa dan warga yang berupaya memasyarakatkan istilah "lokapasar" ini. Semoga kita, para pembaca dan penulis Kompasiana pun mendukung upaya ini.
Tak lupa, mari kita dorong para pengelola lokapasar untuk juga menggunakan istilah ini dalam iklan dan aplikasi mereka. Akan sangat baik bahwa semua lokapasar di Indonesia kompak memakai istilah "lokapasar" alih-alih marketplace.
Keunggulan istilah "lokapasar" alih-alih marketplace
Coba tanyakan pada simbok-simbok pedagang pasar di Beringharjo Yogyakarta. Lebih mudah mana memahami, mengucapkan, dan menulis marketplace atau "lokapasar"?Â
Saya sangat yakin bahwa mereka dan juga sebagian besar masyarakat Indonesia (terutama yang lanjut usia dan tinggal di perdesaan) akan lebih mudah mengucapkan dan menulis "lokapasar".Â
Hal ini terkait erat dengan kedekatan istilah "lokapasar" dengan istilah-istilah yang sudah umum kita kenal, termasuk lokalisasi. Ups ^_^.
Mengulik pembentukan istilah "lokapasar"
Cobalah buka kamus (daring) Anda. Ehem...ehem. Omong-omong, kapan terakhir kali Anda membuka kamus? Hehehe. Mungkin seabad lalu, bukan? Jangan cemas, saya pun membuka kamus ketika mau menulis ulasan bahasa saja :).
Dalam KBBI V daring, tersua kata "loka" yang bermakna "dunia" atau "tempat". Selain itu, ada pula kata kerja arkaik "meloka" yang berarti "melihat". Dari kata "loka" ini, kita mendapat istilah lokalitas, lokawisata, lokakarya, dan lokalisasi.
Kata pamungkas, yakni lokalisasi memiliki aneka makna: 1) pembatasan pada suatu tempat; 2) penempatan sumber-sumber stimulus tertentu (psikologi); 3) tempat prostitusi.Â
Bentuk tidak baku kata ini adalah lokalisir. Kata kerja turunannya adalah melokalisasi (bukan melokalisir!); terlokalisasi; dan terlokalisasikan. Â