Banyak orang Palestina tidak melihat konflik Palestina-Israel sebagai konflik agama Islam dan Yudaisme. Banyak yang mengatakan, Â mereka menghormati Yudaisme, tetapi menentang Zionisme.
Oleh karena itu, ketegangan lebih sering diungkapkan dalam menanggapi kampanye Zionis untuk mendirikan, negara-bangsa Yahudi di wilayah bersejarah Palestina. Beberapa orang Palestina tidak rela tanah air mereka disebut sebagai Negara Yahudi "Israel". Demikian rilis culturalatlas.org.Â
Ketika saya sebulan di Yerusalem, saya melihat orang Israel dan Palestina berbaur di pasar. Mereka bisa berkomunikasi dengan mudah karena bahasa Ibrani dan Arab itu serumpun.Â
Fatimah, pekerja asal Palestina di Yerusalem yang saya kisahkan di awal juga tentu punya hubungan baik dengan orang-orang Israel yang ia kenal.
Di akar rumput, warga Israel dan Palestina sama-sama menginginkan damai.Â
Para dokter dan perawat di rumah-rumah sakit di Israel juga merawat para pasien dari kawasan Palestina. Bahkan ada juga dokter muslim Palestina yang bekerja di rumah sakit Israel.
Rumah sakit Hadassah adalah salah satu dari sedikit tempat di mana tenaga kesehatan Israel dan Palestina merawat korban konflik berdarah.
Kadang perawat Muslim Palestina merawat tentara Israel yang terluka dalam konflik dengan orang Palestina. Sementara perawat Yahudi juga merawat orang Palestina yang terluka saat menyerang orang Yahudi.Â
"Ini adalah proses pembelajaran bagi kita semua," kata dokter Ashgan, seorang muslim Palestina. "Kami merawat pasiennya dulu, dan kemudian mungkin nanti kami dengar bagaimana ceritanya." Kisahnya di sini.
Para politikus dan para ekstrimis dari kedua belah pihaklah kiranya yang terlibat dalam konflik politik dan fisik bertensi tinggi. Di Palestina, kelompok Hamas dikenal memilih jalan angkat senjata. Sementara kelompok lain memilih dialog diplomasi.Â
Di kalangan politikus Israel dan Palestina pun, ada perbedaan pendapat soal pendudukan Israel atas Palestina. Persoalannya terlalu rumit untuk saya bahas di sini. Intinya, jangan menilai semua politikus Israel dan Palestina itu seragam sikapnya. Ada yang frontal. Ada yang diplomatis.Â