Dalam buku Timur Tengah dalam Pergolakan (1982) karya Kirdi Dipoyudo, masyarakat Islam Palestina menganggap bahwa Inggris memaksakan pendirian negara Yahudi di kawasan Palestina yang bertentangan dengan keinginan mayoritas masyarakat Palestina.
Baca selengkapnya: Sejarah Konflik Palestina-Israel
Salah paham sebagian orang Indonesia tentang konflik Palestina-Israel
Setelah memahami latar belakang konflik Palestina-Israel, mari kita ulik kesalahpahaman sebagian orang Indonesia mengenai konflik dua bangsa ini.Â
Setidaknya ada tiga kesalahpahaman: 1) konflik itu murni "konflik agama"; 2) semua tentara dan orang Israel itu Yahudi; dan 3) semua orang Palestina dan Israel selalu bermusuhan dan mustahil hidup damai.
Berikut ini sejumlah fakta untuk meluruskan kesalahpahaman kita:
Pertama, bukan murni "konflik agama"Â
Sebagian orang Indonesia mengira, konflik Palestina-Israel murni "konflik agama" atau bahkan "perang agama" antara Islam dan Yahudi (sebagai agama).Â
Benar bahwa sentimen perbedaan agama menjadi salah satu unsur yang kuat mempengaruhi konflik Israel-Palestina. Akan tetapi, tidak benar bahwa konflik ini murni soal agama.Â
Israel bukanlah negara berlandaskan agama resmi tertentu. Undang-undang tahun 1992 mendefinisikan Israel sebagai Yahudi & demokratis. Akan tetapi, istilah Yahudi ini digunakan secara luas sebagai istilah agama, ras, etnis dan budaya.
Sistem pengadilan di Israel mencakup juga pengadilan agama. "Yurisdiksi dalam masalah pernikahan, perceraian, perwalian, dan adopsi berada di lembaga peradilan dari komunitas agama masing-masing: pengadilan rabbi Yahudi, pengadilan syariah Muslim, pengadilan agama Druze, pengadilan gerejawi oleh sepuluh komunitas Kristen." Sila baca di sini.Â
Di sisi lain, warga Palestina juga bukan seluruhnya muslim. Sekitar 93% orang Palestina adalah Muslim dan sekitar 6% beragama Kristen dan Katolik. Ada juga penganut Samaria (bentuk awal Yudaisme) di  Tepi Barat.