Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tiga Kesalahpahaman Sebagian Orang Indonesia tentang Konflik Palestina-Israel

12 Mei 2021   06:31 Diperbarui: 15 Mei 2021   14:12 8265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasar di Yerusalem, ada pula warga muslim - dokpri

Penghasilan para pekerja Palestina di Israel menyumbang lebih dari 13 persen dari PDB Palestina. Laporan terbaru Otoritas Moneter Palestina memperkirakan pendapatan dari seluruh pekerja Palestina rata-rata 271 juta dolar AS per bulan (71 dolar AS per pekerja per hari). 

Upah minimum di Tepi Barat adalah sekitar 400 dolar AS per bulan, kurang dari 19 persen dari rata-rata penghasilan seorang pekerja di Israel. Pendapatan para pekerja ini sangat penting bagi berfungsinya ekonomi Palestina saat ini. Demikian rilis merip.org.

Simbiosis yang tidak mutalisme

Sayangnya, hubungan antara majikan Israel dan pekerja Palestina jauh dari kesan simbiosis mutualisme. Gaji lebih tinggi di Israel menarik minat kaum muda Palestina untuk mencari pekerjaan di seberang perbatasan. Ada juga lebih sedikit investasi di Palestina sehingga ekonomi lokal tidak menciptakan lapangan kerja yang baik.

Bagi sebagian besar warga Palestina di Tepi Barat, melintasi perbatasan untuk bekerja membutuhkan izin dari pemerintah Israel. Izin ini juga sulit didapat, sehingga banyak yang mengambil rute ilegal. Para pekerja Palestina ini mencari pekerjaan informal dengan bayaran lebih rendah.

Jika tertangkap, mereka menghadapi hukuman penjara. Tetapi bagi banyak orang, risiko ini mau tak mau harus dihadapi. 

PBB mengatakan, pendudukan Israel adalah "pemicu utama" kebutuhan kemanusiaan di Tepi Barat dan Gaza. Demikian tulis Andreas Hackl, jurnalis spesialis isu Israel-Palestina. 

Jika konflik Palestina-Israel memanas hingga pertumpahan darah berkelanjutan atau pecah perang dengan keterlibatan negara lain, tentu hal ini memperburuk nasib para pekerja Palestina di Israel.

Latar belakang konflik Israel-Palestina

Dalam buku Sejarah Timur Tengah Jilid 2 (2013) karya Isawati, kawasan Palestina pada masa lalu dikenal sebagai Kanaan, Yudea dan Tanah Suci

Pada tahun 1000-586 Masehi, kawasan Palestina adalah negara Yahudi yang menjadi jajahan Babilonia, Persia, Macedonia dan beberapa kerajaan Yunani. Baru pada tahun 636 Masehi, wilayah ini mulai berada di bawah kekuasaan Islam. 

Awal konflik Palestina dan Israel terjadi pasca Perang Dunia I. Inggris si pemenang Perang Dunia I memberikan wilayah kepada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour (1917). 

Pembagian historis Israel-Palestina - tangyar dokpri
Pembagian historis Israel-Palestina - tangyar dokpri
Dari peristiwa ini, bangsa Yahudi menganggap, kawasan Palestina adalah tanah air mereka. Di lain pihak, masyarakat Islam Palestina tidak sepakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun