Belakangan ini viral video dan foto mengenai konflik yang kembali terjadi di Tanah Suci atau Holyland. Kawasan yang sejak berpuluh tahun ditandai perseteruan aneka bangsa. Saya dan Anda sebagai manusia cinta damai tentu ikut prihatin.Â
Konflik berkepanjangan ini memang sangat rumit. Tiada seorang pun dan suatu lembaga pun yang bisa memberikan solusi yang bisa disepakati para pihak yang bertikai.
Sayang sekali, sebagian orang Indonesia salah paham mengenai konflik Palestina dan Israel. Sebagian menganggap konflik ini murni konflik agama. Sebagian berpendapat, mustahil orang Israel dan Palestina bisa hidup berdamai dan saling membantu.Â
Benarkah demikian? Mari kita ulik. Saya akan juga membagikan hikmah pengalaman saya sebulan di Tanah Suci.
Tulisan ini bukan untuk membenarkan atau mempersalahkan pihak tertentu. Yang namanya konflik selalu pelik. Mari membuka hati dan pikiran sembari membaca tulisan bersahaja ini.
Ibu Fatima
Ibu Fatima adalah muslimah Palestina yang bekerja di sebuah tempat tinggal para padri Katolik di Yerusalem. Saya bersua dengannya kala mengikuti kursus sebulan penuh di Yerusalem dan Tanah Suci beberapa tahun silam.
Potret para pekerja Palestina di Israel di tengah pandemi.
Jumlah pekerja Palestina di Israel dan permukiman Israel diperkirakan 130.000 pada tahun 2019, menurut Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD). Kemungkinan angka ini lebih tinggi karena ada banyak pekerja Palestina yang menyeberang ke Israel tanpa izin.Â
Sebagian besar orang Palestina bekerja di sektor konstruksi Israel, yang diperkirakan mencapai 65-70 persen dari angkatan kerja.Â
Proyek konstruksi dan infrastruktur di Israel, dan di permukiman Israel di Tepi Barat, sangat bergantung pada tenaga kerja Palestina.Â
Di tengah pandemi, para pekerja Palestina seperti Ibu Fatima menghadapi risiko kesehatan yang serius.