Salah satu alat untuk mengukur frekuensi penggunaan kata dalam pencarian pada mesin peramban adalah Google Trends. Cobalah ketik ambyar dan lacak penggunaan kata ini sejak tahun 2016.Â
Tampak bahwa kata ambyar sempat sangat popular pada Mei 2020, bulan berpulangnya Didi Kempot. Kata ini masih dipakai secara luas hingga kini untuk mengungkapkan situasi hancur berkeping-keping.
Kuatnya pengaruh kata ambyar juga tercermin dalam "Sobat Ambyar", nama kelompok penggemar Didi Kempot. Nama ini resmi mereka pilih pada Juni 2019.
Ini fenomena langka. Kata ambyar menjadi pemersatu jutaan orang yang menyukai Didi Kempot. Sementara, penggemar musikus lazimnya menamakan diri mereka dengan nama pemusik terkait. Umpama, para penggemar band Sheila on 7 menamakan diri mereka sebagai SheilaGank.
Ambyar dan Kata-Kata Warisan Musikus
Selain ambyar, ada sejumlah kata yang "diwariskan" (baca: diciptakan dan dipopulerkan) para pemusik. Umpama, kata groovy berasal dari budaya musik jazz pada era 1920-an. Groovy merujuk pada 'rasa asyik' yang dinikmati pendengar jazz.
Contoh lain, kata bling yang melukiskan kilatan cahaya dipopulerkan penyanyi rap B.G atau Christopher Dorsey dalam lagu Bling Bling (1999).
Pada 2017, Oxford English Dictionary memasukkan kata stan yang dipopulerkan penyanyi rap Eminem. Dua tahun kemudian, Merriam-Webster's Dictionary juga memasukkan stan. Kata stan sebagai kata benda merujuk pada penggemar fanatik. Sementara kata kerja stan berarti menunjukkan kesukaan pada figur tertentu secara berlebihan.
Sejarah musik Indonesia pun mencatat gejala pemopuleran kata oleh para musikus tanah air, entah melalui lagu atau gaya khas mereka.
Ketika menulis tentang nasib pekerja seks komersial, kita segera teringat eufemisme kupu-kupu malam yang dipopulerkan Titiek Puspa lewat lagu Kupu-Kupu Malam (1977).
Tony Q Rastafara membuat istilah rambut gimbal menjadi tenar dengan album dan lagu Rambut Gimbal (1996). Ikon musik reggae di tanah air ini juga memopulerkan kongkalikong dengan lagu Kong Kali Kong (2010).