Di luar negeri pun ada cukup banyak contoh klaster Covid pada acara keagamaan. Berikut ini sejumlah contohnya:
1. Pada Agustus 2020, sebanyak 500 jemaah di Masjid Hagia Sophia di Turki terdeteksi positif Covid-19.Â
2. Pada Agustus 2020, sebanyak 5.200 kasus positif corona di Korea Selatan dikaitkan dengan klaster sebuah tempat ibadah di Seoul.Â
3. Pada April 2021, sebanyak 24 jemaat sebuah gereja di Sydney terjangkit Covid-19.Â
4. Akhir-akhir ini India mengalami lonjakan kasus positif. Salah satu pemicunya adalah klaster perayaan keagamaan yang dipadati orang.
Cara penyebaran Covid-19
Dilansir dari laman resmi WHO atau Badan Kesehatan Dunia, Covid-19 menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi dalam partikel cairan kecil ketika mereka batuk, bersin, berbicara, bernyanyi atau bernapas.Â
Partikel-partikel ini bisa berupa tetesan pernapasan (droplet) yang lebih besar hingga aerosol yang lebih kecil.
- Virus menyebar terutama di antara orang-orang yang melakukan kontak dekat satu sama lain, biasanya dalam jarak 1 meter (jarak dekat). Seseorang dapat terinfeksi jika aerosol atau tetesan yang mengandung virus terhirup atau bersentuhan langsung dengan mata, hidung, atau mulut.
- Virus juga dapat menyebar di tempat yang berventilasi buruk dan atau dalam ruangan padat. Ini karena aerosol tetap tersuspensi di udara atau bergerak lebih jauh dari 1 meter.
- Orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus saat ia menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa membersihkan tangan.
Cara penyebaran ini tentu berlaku juga di rumah ibadah. Tidak ada perkecualian sama sekali.Â
Beriman dan berpikir cerdas
Makin banyaknya klaster keagamaan pada acara ibadah membuat kita patut merenungkan bagaimana seharusnya kita beriman dan sekaligus berpikir cerdas.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!