Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021 yang jatuh pada Minggu, 2 Mei ini.
Orang Indonesia sejatinya cerdas dan berkelas. Apakah Anda pernah mendengar nama perempuan brilian Indonesia yang bekerja untuk Elon Musk, si bos Tesla? Ya, dialah Moorissa Tjokro. Â
Moorissa Tjokro adalah potret betapa "cantiknya" potensi riset dan teknologi yang dimiliki diaspora Indonesia. Sayang, potensi ini hingga kini belum dioptimalkan oleh para pemangku kepentingan.Â
Halo, Mas Menteri Nadiem Makarim dan jajarang Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Semoga tulisan ini membantu kita untuk mengadakan perubahan demi kebaikan Indonesia.
Karier Moorissa Saat Ini di Tesla
Moorissa telah mulai meniti karier di Tesla sejak Desember 2018. Awalnya Moorissa berperan sebagai data scientist dalam bidang perangkat lunak mobil canggih Tesla.Â
Ia lantas mendapat kepercayaan sebagai Autopillot Software Engineer. Moorissa Tjokro adalah satu dari enam Autopilot Software Engineer atau insinyur pengkat lunak autopilot perusahaan teknologi yang bermarkas di California, Amerika Serikat itu.Â
Sehari-hari, Moorissa bertugas menyempurnakan sistem perangkat lunak autopilot mobil Tesla yang terkenal penuh fitur mutakhir. Ia mampu mengerjakan tugas berat itu.
Moorissa mengisahkan, riset dan pengembangan fitur kendali mandiri ini menuntut jam kerja yang amat panjang. Â Tim autopilot bahkan bekerja 60-70 jam dalam seminggu.
Profil Moorissa Tjokro
Moorisa Tjokro mendapatkan  gelar B.S. di Teknik Industri dan Sistem dan Statistik di Georgia Tech (2014). Ia berhasil mendapatkan gelar M.S. dalam Ilmu Data di Universitas Columbia (2018).
Moorissa Tjokro sebelumnya bekerja di NASA untuk penelitian perubahan iklim dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pengoptimalan rantai pasokan untuk mengurangi malnutrisi di Afrika Subsahara.
Dalam situs pribadinya, Moorisa menulis: "Ketika saya tidak sedang membuat kode, saya sangat menikmati berenang, menjadi sukarelawan, dan menulis...Saya juga suka mengadvokasi mereka yang sangat miskin, wanita, dan lingkungan."
Moorissa, Potret Cantiknya Potensi Ristek Diaspora Indonesia
Moorissa Tjokro adalah potret betapa "cantiknya" potensi diaspora Indonesia. Pada 2015, diperkirakan jumlah Diaspora Indonesia sekitar 7 hingga 8 juta orang dengan aneka kemampuan.
Seandainya potensi ini digarap sungguh, betapa majunya Indonesia! Negara kita tak kekurangan orang pandai dan berbudi, juga di antara Diaspora Indonesia.
Apa definisi Diaspora Indonesia menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia? Dilansir kemlu.go.id, Diaspora Indonesia adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri.Â
Siapa saja yang diakui sebagai Diaspora oleh Pemerintah Indonesia?
A. Warga Negara Indonesia
B. Warga Negara Asing yang merupakan: 1) anak dari WNI; 2)eks WNI; dan 3) anak dari eks WNI.
Potensi besar kaum diaspora Indonesia hingga kini terabaikan, terutama oleh pemerintah Indonesia sendiri. Hal ini telah lama terjadi.Â
Baru pada bulan Juli 2012, Dino Patti Djalal selaku Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat merintis Congress of Indonesian Diaspora (CID) di Los Angeles Convention Center.Â
Kongres yang dihadiri lebih dari 2000 orang diaspora Indonesia dari lima benua tersebut menghasilkan "Deklarasi Diaspora Indonesia". Kongres ini menjadi cikal bakal komunitas global diaspora Indonesia yang dinamai "Jaringan Diaspora Indonesia".
Sejatinya, ada beberapa kelompok Diaspora Indonesia. Umpama, Dewan Diaspora Indonesia (Sonita Lontoh), Indonesian Diaspora Business Council (Edward Wanandi), dan Indonesian Diaspora Network (Muhammad Al Arif).Â
Sonita Lontoh adalah ekonom dan teknokrat asal Indonesia yang bekerja di sebuah perusahaan di Silicon Valley, Amerika Serikat.Â
Nadiem Makarim Perlu Serius Optimalkan Diaspora Indonesia
Mudah ditebak, sebagian (besar) Diaspora Indonesia memilih berkarier di luar negeri dan mungkin tak berminat bekerja di Indonesia.Â
Gaji yang lebih baik menjadi salah satu faktor. Faktor lainnya adalah kemudahan untuk mengembangkan ilmu dan kemampuan di luar negeri. Akan tetapi, faktor aturan birokrasi kependudukan rupanya juga mempengaruhi.
Bukan berarti Diaspora Indonesia tidak bisa berkontribusi untuk negara. Justru sebagian besar sangat antusias membantu Indonesia. Masalahnya, ada banyak hambatan.Â
Beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengoptimalkan potensi Diaspora Indonesia yang selama ini terabaikan:
1. Pendataan yang sistematis: Tidak ada basis data Diaspora Indonesia (versi resmi negara) hingga kini. Ganjil, bukan?
2. Payung resmi: Selama ini tidak ada payung resmi untuk merangkul aneka komunitas Diaspora Indonesia.
3. Pemberian fasilitas: Diaspora Indonesia perlu diberi fasilitas yang sepadan dengan kontribusi untuk negara. Fasilitas bukan sekadar uang, tetapi juga kemudahan untuk proses birokrasi dan akses untuk berbagi ilmu.
Saya mengusulkan, pemerintah perlu membuat situs khusus bagi Diaspora Indonesia. Diaspora Indonesia bisa mendaftarkan diri secara mandiri dan atau diajak untuk mendaftarkan diri di situs itu.Â
Tidak sangat sukar. Masalahnya, adakah kehendak politik (political will) untuk sungguh mengoptimalkan potensi Diaspora Indonesia bagi negara?Â
Jangan tanyakan pada pedangdut yang sedang bergoyang. Tarik Sis...semongko! Salam dangdut. Eh, salam edukasi!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H