Justru Sultan Hasanuddin memperlakukan orang Portugis beragama kristiani dengan sangat baik. Sang Sultan bahkan mengatur keberangkatan orang-orang Portugis secara aman.Â
Ini tak lepas juga dari kiprah positif misi Gereja Katolik di wilayah kekuasaan para raja setempat. Misi Katolik berperan dalam pendidikan melalui pendirian sekolah. Misalnya, Bruder Antonio de Torres menjadi pengurus suatu sekolah kecil untuk anak laki-laki. Ia terpaksa meninggalkan Makassar pada 1668.Â
Wasana kata
Sejarah Gereja Katolik di Makassar, termasuk pendirian Gereja Katedral Makassar tak lepas dari praktik toleransi beragama yang dijalankan para penguasa kerajaan lokal, yang beragama Islam.Â
Gereja Katedral Makassar juga dibangun oleh beragam etnis, mulai dari orang Belanda, Tionghoa, hingga kini menjadi tempat peribadatan dan bangunan bersejarah yang terbuka dikunjungi masyarakat luas.
Mari kita rawat toleransi di negeri bhinneka tercinta. Salam persaudaraan. Bersatu kita teguh. Keberagaman bukanlah ancaman. Keberagaman adalah anugerah terindah bagi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H