Apakah Anda pengguna media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter?Â
Jika iya, sadarkah Anda bahwa di balik media sosial itu ada algoritma yang bekerja untuk menggiring Anda pada konten, orang, dan grup tertentu. Khususnya, mengarahkan Anda pada yang Anda sukai?
Saya sudah membuktikan dan mengamati hal ini. Setiap kali saya memberi "like" pada konten tanaman hias di Instagram, semakin banyak tawaran konten tentang tanaman hias yang ditawarkan pada saya.Â
Akun-akun yang dipajang untuk saya ikuti rupanya diatur oleh algoritma yang punya data berapa "like" dan berapa banyak waktu saya habiskan untuk menonton konten tertentu.
Media sosial berlomba untuk membuat kita nyaman dengan konten-konten yang menyenangkan hati.Â
Semakin lama kita menghabiskan waktu, semakin baik bagi media sosial itu, yang memajang iklan penghasil uang.
Engagement atau "keterlibatan" adalah sasaran antara media sosial. Semakin melekat dan terlibat kita pada media sosial, semakin banyak waktu kita tersita untuk menikmati apa pun yang tersaji, termasuk iklan.Â
Tentu saja kita sebagai pemirsa tidak terlalu keberatan menonton iklan pada konten yang memang kita sukai, bukan? Karena itu media sosial ingin kita semakin betah dan menghabiskan banyak waktu di "ruang maya" itu.
Echo Chamber sebagai dampak algoritma media sosial
Salah satu dampak algoritma media sosial adalah terciptanya echo chamber atau kamar gema. Â
Secara singkat, echo chamber adalah ruang gema di mana seseorang menemukan ide-ide mereka didukung dan digaungkan oleh individu lain yang berpikiran sama.Â