malam membeku
bak gumpalan salju di puncak ancala yang gigil
dan alam mimpi memanggil
tergopoh-gopoh aku tiba. bukan pada sebuah andrawinaÂ
tapi pada pertemuan desa bersahaja
kala insan bercakap tentang pusaraloka
panggung kidung requiescat para malaikat:
"Pada pagi hari kusuma mekar berseri
sorenya ia gugur ke bumi"
*
terbangun diriku di fajar malam
kala purnama tersaput kabut kelam:
entah dari mana panah-panah cemas menghunjam
apatah gerangan makna rasian dan kalam
*
ternyata firasat menjadi nyata:
engkau, sang pencinta asmarandana aksara telah tiada
sungguh, tiada abadi di taman fana bernama dunia:
mungkin hanya nostalgia canda tawa aku dan dirimu sahaja
Kotaabadi, fajar februari 2021
untuk almarhum Le Putra Marsyah (Abdul Azis)Â
![tangkap layar Kompasiana.com - dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/06/screenshot-2021-02-05-halaman-artikel-profil-abdul-azis-kompasiana-com-601ec31ad541df34a414c5b3.png?t=o&v=770)
rasian: mimpi (terutama yang mengandung arti atau alamat)
asmarandana: bentuk komposisi tembang macapat, biasanya digunakan untuk mengungkapkan rasa sedih, prihatin, atau rasa cinta
Sebagian puisi ini merujuk Mazmur 90:6.