Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Firasat Sahabat

7 Februari 2021   00:13 Diperbarui: 7 Februari 2021   00:27 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ganapathy Kumar on Unsplash

malam membeku

bak gumpalan salju di puncak ancala yang gigil

dan alam mimpi memanggil

tergopoh-gopoh aku tiba. bukan pada sebuah andrawina 

tapi pada pertemuan desa bersahaja

kala insan bercakap tentang pusaraloka

panggung kidung requiescat para malaikat:

"Pada pagi hari kusuma mekar berseri

sorenya ia gugur ke bumi"

*

terbangun diriku di fajar malam

kala purnama tersaput kabut kelam:

entah dari mana panah-panah cemas menghunjam

apatah gerangan makna rasian dan kalam

*

ternyata firasat menjadi nyata:

engkau, sang pencinta asmarandana aksara telah tiada

sungguh, tiada abadi di taman fana bernama dunia:

mungkin hanya nostalgia canda tawa aku dan dirimu sahaja

Kotaabadi, fajar februari 2021

untuk almarhum Le Putra Marsyah (Abdul Azis) 

tangkap layar Kompasiana.com - dokpri
tangkap layar Kompasiana.com - dokpri
andrawina: n Jw pesta makan besar

rasian: mimpi (terutama yang mengandung arti atau alamat)

asmarandana: bentuk komposisi tembang macapat, biasanya digunakan untuk mengungkapkan rasa sedih, prihatin, atau rasa cinta

Sebagian puisi ini merujuk Mazmur 90:6.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun