Pertama-tama, saya sarankan Anda membaca artikel ini sampai tuntas. Jangan berhenti membaca judul saja. Apalagi berkomentar sebelum membaca secara saksama.
Tulisan ini bermaksud menjelaskan manfaat vaksin sebagai salah satu upaya efektif mencegah meluasnya Covid-19. Perlu kita pahami, vaksin Covid-19 memiliki rentang kemujaraban yang berbeda-beda. Vaksin Covid-19 juga idealnya diberikan dua kali (dua dosis) dalam rentang waktu tertentu.Â
Kasus perawat di Inggris penerima suntikan dosis pertama terinfeksi Covid-19
Laman newsweek.com melansir berita yang menarik perhatian. Seorang perawat di Inggris ternyata masih bisa terjangkit COVID-19 setelah ia menerima dosis pertama sebuah vaksin. Merek vaksin tidak saya sebutkan di sini, namun bisa Anda baca di artikel asli di laman newsweek.
Si perawat mengatakan bahwa suntikan dosis pertama itu memberinya "rasa aman palsu." Perawat ini bekerja untuk Layanan Kesehatan Nasional Inggris. Kepada BBC dia mengatakan, ia menerima satu dosis vaksin bulan lalu.
Tetapi tiga minggu setelah suntikan dosis pertama, perawat ini mulai mengalami "gejala yang cukup parah," termasuk batuk, suhu tinggi dan sesak napas. Ia belum menerima suntikan dosis kedua vaksin tersebut.
Efikasi vaksin tiada yang seratus persen
Mengapa perawat Inggris yang telah menerima suntikan pertama vaksin Covid-19 masih bisa tertular? Apa alasan ilmiahnya?
Vaksin NN (sekali lagi merek saya sembunyikan) yang diterima si perawat Inggris itu telah terbukti mengurangi risiko seseorang terkena COVID-19 sebesar 95 persen. Tetapi tingkat perlindungan ini — dan kekebalan yang berlangsung lama — hanya mencapai "tujuh hari atau lebih" setelah dosis kedua, yang seharusnya diberikan 21 hari kemudian. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam BMJ meninjau hasil uji klinis Fase III.
Saya terjemahkan sebagian dari artikel di jurnal BMJÂ tersebut:
"Vaksin NN dapat memberikan beberapa perlindungan awal, mulai 12 hari setelah dosis pertama. Demikian ungkap peer review hasil uji coba fase III. Dari Juli hingga November 2020, sebanyak 43.448 orang dewasa secara acak dipilih dari 152 lokasi di seluruh dunia (termasuk di Argentina, Brasil, Jerman, Afrika Selatan, Turki, dan AS) sebagai bagian dari uji coba fase II/III vaksin tersebut.