Sahabat saya, seorang suster biarawati mengabarkan bahwa di Pematang Siantar, Sumatera Utara ada klinik rehabilitasi anak-anak difabel. Masalahnya, dari mana dana untuk memberangkatkan anak itu dan ibunya ke sana?
Saya sempat menghubungi sebuah maskapai penerbangan untuk menanyakan potongan harga tiket. Tiada jawaban.
Upaya saya untuk meminta informasi kapal militer yang berlayar ke Medan ditanggapi dengan baik oleh seorang rekan penulis di Kompasiana. Sayangnya, tiada jadwal pelayaran militer ke sana dari Jakarta atau dari kota lain.
Artinya, kami harus mencarikan dana untuk membiayai tiket perjalanan dari Kalimantan Utara ke Sumatera Utara. Keluarga pasien jelas tidak mampu.
Di tengah situasi itu, saya menghubungi Pak Tjip. Beliau dan istri tercinta segera menanggapi. Dana segera dikirim. Berkat dukungan dana itu dan juga dana dari donatur lain, si anak difabel dan ibunya bisa berangkat berobat ke Pematang Siantar.
Saya sangat yakin, kebaikan Pak Tjip dan Ibu Lina pada anak difabel ini hanyalah satu kepingan kecil dari jutaan kebaikan yang mereka lakukan pada banyak sekali insan. Kita tidak tahu  kebaikan-kebaikan "rahasia" mereka yang hanya diketahui oleh Tuhan sendiri.
Apa rahasia di balik mozaik kebaikan yang seolah tanpa henti dicipta Pak Tjipta dan istri tercinta?
"Life is to share."
Demikian pesan singkat Pak Tjip dalam percakapan dengan saya. Ya, hidup adalah berbagi. Makna hidup ditemukan ketika kita mampu berbagi dari hati kepada siapa saja, juga pada mereka yang pernah menyakiti dan membenci kita.
Pengalaman Pahit sebagai Kekayaan Hidup