Belum lama ini Kompasiana merilis Kaleidoskop Kompasiana 2020 dan senarai Kompasianer berdasarkan aspek tertentu, misalnya jumlah keterbacaan artikel.Â
Dalam jajaran nomine Kompasianival 2020 lalu, ada dua wanita penulis: Ibu Dewi Puspasari dan Ibu Hennie Triana. Sementara Ibu Gaganawati terpilih menjadi Kompasianer of The Year 2020.
Sila baca: Mengenal Dua Wanita Nomine Kompasianival 2020
Dalam statistik 20 Kompasianer Terpopuler 2020 berdasarkan konten dengan jumlah keterbacaan tertinggi di mesin statistik Kompasiana, sayangnya tiada satu pun wanita. Semuanya Kompasianer laki-laki.
Statistik 20 Kompasianer Teraktif 2020 memberikan panorama yang berbeda. Ada sejumlah wanita penulis dalam jajaran 20 Kompasianer Teraktif 2020.
Kompasianer teraktif ini terpilih karena keaktifan interaksi sebagai Kompasianer sepanjang tahun 2020. Para srikandi ini adalah Fatmi Sunarya (peringkat kedua), Ari Budiyanti (4), Hennie Triyana (5), Roselina Tjiptadinata (8), Lusy Mariana Pasaribu (16).
Mengapa wanita penulis belum masuk 20 besar keterbacaan tertinggi?
Saya sekadar mengamati, mengapa wanita penulis belum masuk 20 besar keterbacaan tertinggi. Sebagian besar penulis yang masuk daftar keterbacaan tertinggi adalah penulis artikel aktualita, terutama politik. Ada nama-nama seperti rekan Elang Salamina, Ferry W, dan Arnold Adoe.
Meski demikian, ada juga penulis (pria) yang masuk daftar tersebut meski tidak selalu menulis perihal politik. Sebut saja Himam Miladi (trik menulis), Sigit Eka Pribadi (karier), Rudy Gunawan (gaya hidup), Idris Apandi (edukasi), Irwan Rinaldi (ekonomi), Ridha Afzal (kesehatan), dan Ruang Berbagi (penulis paling gak jelas:).
Kesimpulan kita, tidak harus menulis politik untuk masuk jajaran keterbacaan tertinggi. Yang menentukan keterbacaan tertinggi antara lain:
1. AktualitasÂ
2. KonsistensiÂ
3. Manfaat bagi pembaca
4. Kedekatan penulis dengan pembaca melalui silaturahmi blogÂ
5. Ketekunan penulis berbagi di media sosial dan aplikasi perpesanan
6. Keunikan dan sifat menghibur tulisan
Jelas bahwa tidak ada syarat yang menyebutkan bahwa untuk meraih keterbacaan tertinggi, harus laki-laki :) Tentu pada tahun-tahun sebelumnya, ada sejumlah Kompasianer perempuan yang masuk jajaran 20 besar keterbacaan tertinggi.Â
Semua wanita penulis itu hebat
Saya menyimak dengan saksama artikel yang dianggit Ibu Martha Wedha. Judulnya "Menjadi Penulis sekaligus Ibu Rumah Tangga Tidak Mudah."Â
Saya kutip sejumlah kalimat menyentuh hati yang dianggit Ibu Martha:
"Menurut pandangan mereka, perempuan yang mengaku gemar menulis dan membaca buku hanya mencari-cari alasan untuk menghindari pekerjaan rumah tangga. Hmm....
Beberapa kali mereka juga menyampaikannya dalam bentuk sindiran-sindiran, yang bisa membuat telinga panas."
Saya sarankan para pembaca menyimak tulisan Ibu Martha Wedha di atas. Beliau juga berupaya menumbuhkan semangat cinta literasi di hati putra terkasih. Suami beliau sangat mendukung kegiatan literasi ini.
Saya sebagai pria hanya bisa membayangkan betapa melelahkannya menjadi para wanita yang lazimnya sudah disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga dan atau pekerjaan, tetapi masih menyempatkan diri untuk membaca dan menulis.
Saya teringat gambar seorang wanita dengan puluhan tangan. Mengerjakan banyak sekali pekerjaan sekaligus. Wah, menjadi wanita yang menulis itu seperti rindu. Berat. Laki-laki tidak akan kuat.
Salut untuk para wanita penulis di Kompasiana. Di balik tulisan yang lembut, ada kerja keras dan kerja cerdas dalam membagi waktu. Semoga di tahun 2021 ini, para wanita penulis semakin menjadi saluran berkat melalui tulisan-tulisan menawan di Kompasiana.
Salam literasi. Salam hormat secara khusus untuk para srikandi Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H