Apa yang segera muncul di benak kita kala mendengar nama Irak? Kita mungkin tidak segera mengingat sejarah Mesopotamia (yang kini sebagian adalah wilayah Irak) sebagai tempat lahirnya agama-agama samawi atau abrahamik: Yudaisme, Kristianitas (Katolik dan Kristen), serta Islam.
Kemungkinan besar, kita akan segera mengingat peperangan dan aneka tindak kekerasan yang mencabik-cabik negeri kaya minyak ini sejak beberapa dasawarsa terakhir.
Masih segar dalam ingatan kita berita perang berkepanjangan di Irak akibat invasi sejumlah negara asing sejak 2003 hingga 2011. Korban jiwa dan luka berjatuhan, termasuk dari kalangan warga sipil yang tidak tahu apa-apa.
Kondisi Irak pascainvasi asing tak kalah menyedihkan. Kelompok-kelompok di dalam negeri saling berebut kuasa. Darah kembali tumpah. Jutaan orang menjadi pengungsi, bahkan hingga kini. Meski demikian, Irak perlahan membangun kembali negerinya dari puing-puing dan luka-luka akibat kekerasan.
Natal ditetapkan jadi hari libur nasional di Irak
Sebuah kabar mengejutkan datang dari Irak. Parlemen Irak pada awal pekan ini telah sepakat untuk menetapkan Natal sebagai hari libur nasional tahunan.
Pemungutan suara parlemen Irak yang berlangsung 16 Desember lalu dengan suara bulat memutuskan bahwa Natal pada 25 Desember mulai tahun 2020 ini akan menjadi hari libur nasional.Â
Sebelumnya, warga kristiani di Irak telah diberi jatah hari libur pada tanggal 25 Desember, tetapi hari itu tidak dianggap sebagai hari libur bagi penduduk lainnya di negara mayoritas Muslim itu.
Pada 2008, pemerintah Irak menyatakan Natal sebagai hari libur pada tahun itu, tetapi ketentuan itu tidak diperpanjang. Dalam beberapa tahun terakhir, Natal hanya menjadi hari libur umum di provinsi Kirkuk.
Mengapa Natal akhirnya jadi hari libur nasional di Irak?
Pertanyaan yang lantas mengemuka adalah "Mengapa Natal akhirnya jadi hari libur nasional di Irak?" Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu kembali mengulik sejarah lahirnya agama-agama besar di dunia: Yudaisme, Kristianitas, dan Islam.
Irak diperkirakan adalah tempat asal Abraham atau Ibrahim, tokoh penting dalam Yudaisme, Kristianitas, dan Islam. Kota kuno Ur Kasdim yang terletak di Irak disebutkan dalam Alkitab sebagai kampung halaman Abraham atau Ibrahim.
Pada 1920-an dan 1930-an, arkeolog Inggris Leonard Woolley menggali sekitar 35.000 artefak dari Ur. Wooley menemukan sisa-sisa pemakaman kerajaan yang mencakup lebih dari 2.000 pemakaman, rangkaian pelindung kepala, mahkota, dan perhiasan emas yang dari sekitar 2600 SM. Saat itu, penemuan di Ur tersebut menyaingi makam Raja Tut di Mesir.
Dalam perjalanan waktu, Irak yang dulunya bernama Mesopotamia menjadi rumah bagi aneka pemeluk agama-agama.Â
Menurut laman brittanica.com, 98% warga Irak adalah Muslim. Sekitar tiga perlima penduduk adalah Syiah, dan sekitar dua perlima adalah Sunni. Terutama karena alasan politik, pemerintah Irak tidak menyediakan statistik yang cermat tentang proporsi relatif populasi Sunni dan Syiah.Â
Diplomasi Damai Vatikan-Irak
Keputusan untuk secara resmi menyatakan Natal sebagai hari libur nasional datang setelah pertemuan 17 Oktober antara Kardinal Irak Luis Raphael Sako, Patriark Babilon Khaldea dan Presiden Irak Barham Salih. Kardinal Sako sebagai wakil Tahta Suci Vatikan mengusulkan pengakuan Natal sebagai hari libur nasional di Irak.
Dalam pertemuan itu, Presiden Barham Salih Salih mengapresiasi peran penting warga kristiani Irak yang tetap berkiprah membangun negara meski mengalami diskriminasi dan kekerasan selama bertahun-tahun.
Diplomasi Gereja Katolik ritus Romawi (Vatikan) dengan dunia Islam sebenarnya bukan sesuatu yang sungguh baru. Dialog antaragama demi perdamaian yang dilakukan tokoh Gereja Katolik dengan tokoh Islam sudah berlangsung sejak lama.
Dialog paling terkenal adalah perjumpaan Fransiskus dari Asisi (seorang kudus atau santo dalam Gereja Katolik) dengan Sultan Mesir, Al-Malik Al Kamil berlangsung di Damietta (Dimyath) pada 1219. Yang menakjubkan, dialog ini terjadi dalam masa Perang Salib. Kedua tokoh saling berbagi pengalaman kerohanian.
Paus Fransiskus (yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio) pun meneladan Santo Fransiskus sebagai salah satu santo yang beliau kagumi. Paus Fransiskus meneruskan tradisi dialog antaragama dengan para tokoh agama, termasuk tokoh Islam.
Pada Februari 2019, Paus Fransiskus menorehkan sejarah sebagai Paus pertama yang mengunjungi Jazirah Arab, tempat lahirnya Islam.Â
Paus Fransiskus dijadwalkan melakukan kunjungan pada 5-8 Maret 2021 ke negara itu. Paus asal Argentina ini akan singgah di Baghdad, Erbil, Qaraqosh, Mosul, dan Dataran Ur, yang secara tradisional diakui sebagai tempat kelahiran Abraham atau Ibrahim.
Kunjungan Paus Fransiskus tersebut akan menjadi kunjungan pertama seorang Paus ke Irak. Tentu saja, hal ini adalah suatu upaya memajukan cinta dan persaudaraan sebagai sesama insan beriman.
Penetapan hari Natal sebagai hari libur nasional di Irak yang mayoritas warganya Islam menjadi tanda upaya merajut persaudaraan di negeri yang selama ini terpecah belah oleh kekerasan dan perselisihan.
Indonesia sejak lama menetapkan hari libur perayaaan hari besar agama
Kita sebagai warga Indonesia patut berbangga karena kita hidup dalam naungan Pancasila dan UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama dan bekepercayaan.Â
Pemerintah Indonesia sejak lama telah menetapkan hari libur perayaan hari besar aneka agama. Dikutip dari situs liburnasional.com, Â Libur nasional ditetapkan secara resmi pertama kalinya dengan Keppres no 24 tahun 1953. Keputusan presiden ini menetapkan 14 hari libur nasional di tahun 1953:
1. Tahun Baru; 2. Proklamasi Kemerdekaan; 3. Nuzulul-Qur'an; 4. Isra Mikraj; 5. Idul Fitri (2 hari); 6. Idul Adha ; 7. Tahun Baru Hijriyah ; 8. Maulid Nabi; 9. Jumat Agung; 10. Hari Senin Paskah; 11. Kenaikan Isa Almasih; 12. Pantekosta; 13. Hari Natal. dan 14. Hari Buruh 1 Mei.
Dalam perjalanan waktu, ada perubahan dan penambahan libur nasional perayaan hari besar agama. Sejak 1983, hari raya Nyepi dan hari raya Waisak menjadi hari-hari libur nasional.Â
Sejak 2003 Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Presiden Abdurrahman Wahid melalui Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003. Demikian informasi dari situs ini.
Salam toleransi. Salam persaudaraan. Selamat (jelang) Natal bagi saudara-saudari kristiani. R.B.
[Hak cipta artikel dimiliki Ruang Berbagi Kompasiana]