Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Penulis Pemula Perlu Move On dari Jebakan Plagiat Konten

20 Desember 2020   16:00 Diperbarui: 21 Desember 2020   14:52 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi plagiat konten atau copy paste - unsplash.com

"Menulis itu ibarat belajar berjalan, pada awalnya sering jatuh.

Yang teguh memperbaiki diri akan bisa melangkah jauh!" (R.B)

Demikianlah kira-kira inti sari jawaban saya seandainya ada penulis pemula bertanya apa resep jadi penulis. Saya bukan penulis dengan ribuan adikarya, sekadar penulis bersahaja yang juga masih belajar menata aksara.

Akan tetapi, justru karena saya juga penulis pemula, saya bisa berempati dengan sesama rekan penulis pemula. Apakah saya tidak pernah melakukan plagiarisme? Saya pernah!

Memang bukan plagiat 100 persen. Mungkin 40-an persen. Atau, plagiarisme "tersamar" dengan mengambil ide penulis lain, lantas saya tulis dengan kata-kata sendiri. Sampai-sampai, admin Kompasiana memberikan surat cinta berisi kartu kuning. Hehehe.

Definisi plagiat dan plagiarisme

Apa definisi plagiat? Menurut KBBI V, plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan.

Adapun plagiarisme ditakrifkan sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta.

Godaan plagiarisme di zaman serbadigital

Semakin mudah kita mengakses konten digital, semakin tinggi godaan melakukan plagiarisme. Malas berpikir.  Malas menata subjek, predikat, dan objek kalimat. Tinggal copy paste karya-karya orang lain dan selesai urusan.

Bukan hanya itu, ketidakjujuran bisa juga terjadi kala menerjemahkan karya berhak cipta tanpa izin penulis yang masih memegang hak ekonomi atas ciptaannya.

Artikel lengkap baca: Hukum dan Etika Menerjemahkan Karya Orang Lain

Plagiarisme sebagai kesalahan umum penulis pemula

Saya sendiri mengalami, plagiarisme adalah kesalahan umum penulis pemula. Maklum saja, penulis pemula masih bingung merangkai kalimat dan gagasan sendiri. Kurang percaya diri. Takut salah.

Akhirnya, jalan yang ditempuh adalah menjiplak atau memparafrase karya orang lain. Kadang hal ini dilakukan tanpa mengetahui konsekuensi hukum dan sosial dari tindakan buruk ini.

Penulis pemula belum sadar bahwa pelaku plagiarisme bisa dijerat hukuman menurut Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia maupun di luar negeri. Juga bahwa ada risiko kita seumur hidup dicap sebagai penjiplak, meskipun kita sudah berusaha memperbaiki diri.

Jejak digital itu kejam, kawan!

Bahkan, banyak perusahaan kini melihat rekam jejak digital kita. Jika ketahuan kita pernah menjiplak secara sengaja sekali saja, reputasi kita bisa dikatakan sudah ternodai.

Perusahaan tentu tidak akan mengambil risiko merekrut pegawai baru yang (dulu pernah) melakukan plagiarisme atau menjiplak karya orang lain.

Nah, sekarang setelah membaca penjelasan di atas, masih mau menjadi tukang jiplak karya orang? 

Pesan artikel sederhana ini sejatinya sangat mudah dipahami:

 Wahai penulis pemula, segeralah move on dari jebakan plagiat konten. 

Jangan merasa aman dan nyaman ketika belum ketahuan melakukan plagiarisme atau menjiplak karya orang lain. Menyitir kata tokoh film tenar Indonesia: "Yang kamu lakukan itu jahat!"

Jahat bukan hanya soal pertanggungjawaban hukum, tetapi lebih-lebih pada diri sendiri. Kebiasaan menjiplak hanya akan menghambat proses kreatif diri kita. 

Semakin cepat kita menjauhi kebiasaan copy paste konten orang, semakin banyak kita belajar merangkai kata dan kalimat sendiri. 

Semakin banyak kita belajar merangkai kalimat dan gagasan sendiri, semakin berkembang kemampuan menulis kita.

Lebih mulia menulis karya sederhana yang seratus persen hasil kerja keras kita sendiri daripada menulis karya hebat yang ternyata hasil jiplakan.

Banyak salah tidak masalah. Yang penting rendah hati memperbaiki kesalahan. 

Mari menjadi penulis jujur tanpa rekayasa. Sebab, penulis yang tidak jujur akan kehilangan rasa hormat dari sesama penulis dan juga pembaca. Percayalah. Selagi masih penulis pemula, mari segera berbenah diri dengan rendah hati. Tinggalkan segala wujud rekayasa cinta. Duh, kok jadi romantis gini, sih? 

R.B. 

Saya suka berbagi tip menulis di Kompasiana ini. Kepoin saja artikel-artikel saya. Ada juga banyak penulis bermutu tinggi di Kompasiana ini. Silakan belajar dari mereka. Cek saja artikel-artikel berlabel utama dan pilihan di Kompasiana. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun