Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini Perasaan Kakak Kala di Asrama Adik Ada Kasus Covid-19

22 November 2020   02:47 Diperbarui: 22 November 2020   02:49 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by United Nations Covid Response on Unsplash.com

"Mas, mohon doanya ya untuk asrama dan sekolahku agar selalu diberi kesehatan."

Demikian inti pesan singkat adik saya dua hari lalu. Saya jawab singkat saja, "Ok.". Adik bungsu saya memang bersekolah di sebuah lembaga pendidikan yang bersistem asrama. Ada ratusan siswa-siswi dari penjuru Indonesia. 

Sabtu ini (21 Nov 2020), Mama saya menelepon. Ternyata adik saya cerita bahwa ada beberapa temannya yang sudah menjalani tes dan diduga kuat terjangkit Covid-19.

Seketika itu hati saya jadi gundah. 

Pandemi yang selama ini "hanya" saya dengar dari berita dan cerita akhirnya membuat keluarga kami sungguh cemas. Langsung saya kirim pesan ke adik saya untuk menanyakan detail perkembangan terkini.

Yang saya dengar dari cerita Mama saya hanya beberapa siswa positif Covid-19. Konon katanya, satu siswa kemungkinan terjangkit kala mengurus surat di luar asrama. 

Mudah Menular

Virus corona baru ini memang dikenal cepat menular. Virus ini bisa bertahan juga di permukaan benda. Di sebuah kota di Jawa, ada kasus klaster warung makan. 

Menariknya, yang terjangkit meliputi juga konsumen yang hanya pesan makanan secara daring. Jadi, diduga kuat virus ini menempel di pembungkus makanan dan atau tubuh kurir.

Bagaimana detail terjangkitnya teman seasrama adik saya juga sulit dipastikan. Yang bisa sedikit dipastikan adalah bahwa kini puluhan siswa-siswi hasil tes reaktif dan sudah menjalani isolasi di kamar-kamar khusus di asrama. Sekitar sepertiga reaktif.

Adik saya memang sementara ini merasa sehat saja, tetapi tentu dia juga merasa sangat cemas. Keluarga para siswa-siswi juga merasakan kekhawatiran yang sama.

Pihak sekolah tentu juga sedang bekerja keras agar keadaan dapat dikendalikan. Tentu tidak mudah mengurusi sekian banyak siswa-siswi dan juga orang tua dan wali yang sama-sama cemas di tengah pandemi ini.

Benar bahwa Covid-19 ini berbahaya, namun juga jika ditangani dengan baik, harapan sembuh (cukup) besar. Yang menjadi masalah adalah menjaga agar virus ini tidak menular ke orang-orang dengan penyakit bawaan (komorbid) dan orang-orang rentan (misal, lanjut usia).

Pentingnya protokol kesehatan dan disiplin diri

Sangat penting juga menjaga agar jumlah penderita Covid-19 tidak membengkak. 

Kita tidak ingin rumah-rumah sakit kolaps karena tidak mampu lagi menangani semua pasien Covid-19 dan juga pasien penyakit lain yang juga gawat.

Sudah banyak dokter, perawat, dan tenaga medis wafat akibat Covid-19 ini. Sudah banyak keluarga berduka akibat kehilangan sanak saudara akibat virus ini.

Angka resmi yang disebutkan di media kiranya hanya mewakili sebagian angka faktual kasus Covid-19 di Indonesia. Jika mau jujur, jumlah tes deteksi tidak memadai untuk negara dengan jumlah penduduk sebesar Indonesia. 

Yang lebih sulit adalah mendeteksi orang-orang yang tidak menunjukkan gejala sakit serius. Seperti kiranya teman sekolah adik saya yang mungkin sekilas merasa diri sehat, namun ternyata telah terjangkit virus corona baru. 

Sebenarnya sekolah dan asrama adik saya sudah menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Hanya saja, yang namanya usaha manusia tidak sempurna. 

Lembaga dan pribadi yang sudah menjalankan protokol kesehatan saja nyatanya masih bisa kecolongan Covid-19.

Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi ketika semakin banyak orang masa bodoh dengan protokol kesehatan.

Tenaga dan perhatian para dokter, perawat, dan tenaga medis akan semakin dikuras. Para pasien penyakit lain akan semakin sulit mengakses layanan kesehatan. 

Dana pemerintah dan sektor swasta akan makin tersedot. Angka pengangguran akibat bisnis dan aktivitas terkendala pandemi akan makin menjadi. 

Banyak keluarga dan insan sederhana akan makin terpuruk.

Mungkin saja, hal-hal semacam ini tidak terpikirkan oleh mereka yang merasa diri sehat, kebal penyakit, dan punya akses kuasa.

Tidak perlu menunggu keluarga Anda wafat atau terjangkit Covid-19, atau setidaknya seperti yang sedang kami alami saat ini, untuk memahami pentingnya protokol kesehatan. 

Salam sehat. Mohon dukungan doa dari para rekan kompasianer dan pembaca sekalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun