Kita semua menginginkan damai. Sayangnya, tidak semua orang cinta damai. Beberapa pihak bahkan sengaja menciptakan perang. Siapa mereka? Mulai dari oknum pemimpin politik yang serakah dan psikopat hingga pemilik industri senjata kelas berat.
Logika ekonomi sederhana bisa menjelaskan mengapa perang, kerusuhan, dan konflik terus diciptakan, meski sebenarnya cara-cara damai bisa dicapai:
Ada perang, ada uang.
Mereka yang berkecimpung dalam industri senjata tingkat dunia tentu paham. Saat ada ketegangan antarnegara, pesanan senjata makin lancar jaya!
Dalam konteks internal suatu negara pun, tak jarang konflik diciptakan. Dibuat skenario seolah-olah ada pemberontakan. Pasukan bersenjata lengkap pun dikerahkan. Dana triliunan mengalir. Entah sungguh untuk menyejahterakan prajurit atau berakhir di saku penggila duit!
Ah, sudahlah. Kita selalu gagal menjadi manusia yang seharusnya mencintai sesama. Aneka perang telah, sedang, dan akan menjadi "solusi" konflik.
Perang pun adakalanya perlu!
Kekejaman perang yang tak terhindarkan telah membuat banyak orang berpikir keras tentang bagaimana membatasi dampak negatif perang.
Jika tak bisa mencegah perang, buatlah "aturan berperang"!
Perang itu seringkali juga "diperlukan" sebagai pilihan terakhir untuk mencegah meluasnya kejahatan seseorang atau sejumlah negara. Bangsa Indonesia pun telah kenyang pengalaman berperang demi menegakkan kedaulatan dan membela hak-hak mendasar kita.
Di satu sisi kita mengutuk perang yang nyata-nyata merugikan, namun di sisi lain kita juga "mengakui" adakalanya perang itu "berguna", bahkan wajib dilakukan.
Semut kecil diinjak pun (pasti) menggigit.Â