Waktu saya kecil, belum ada toko-toko ritel modern. Sekarang situasi berubah drastis. Di kota-kota besar dan kecil di Indonesia, toko ritel modern merajalela.
Umumnya toko-toko ritel modern ini mengambil nama yang keminggris dengan akhiran -mart. Beda jauh dengan toko dan warung tetangga kita yang namanya Indonesia banget atau lokal sekali.Â
Toko-toko di kota kecil tempat saya dibesarkan misalnya adalah Santoso, Muda Baru, Indah, dan Simpang Tiga. Nama terakhir tentu saja tidak bisa saya lupakan karena itulah nama lawas toko keluarga kami. Hehehe.
Tiga Manfaat Belanja di Warung Tetangga
Mengapa belanja di warung atau toko tetangga lebih bermanfaat daripada belanja di ritel modern? Tentu jawabannya bukan cuma karena saya adalah anak pemilik toko kecil yang membela usaha keluarga.Â
Dari sudut pandang saya sebagai bagian dari keluarga pemilik "warung tetangga", saya secara jujur bisa memaparkan tiga manfaat belanja di warung tetangga daripada di toko ritel modern. Apa saja?
Pertama, mempererat silaturahmi
Cobalah Anda belanja di toko ritel modern di seputar tempat tinggal Anda. Belum tentu kita mengenal karyawan toko ritel modern itu secara pribadi. Apalagi pemiliknya.Â
Sangat beda ketika kita belanja di warung atau toko sebelah rumah. Sambil belanja, kita bisa ngobrol akrab dengan pemilik dan juga karyawan toko lokal dekat rumah kita. Bisa sambil gibahin tetangga juga. Ups...jangan ditiru!
Misalnya pelanggan toko kami sering ngobrol tentang perkembangan desa dan berita aktual tetangga. "Sudah tahu, Pak? Bu Tejo masuk rumah sakit kemarin," tanya Mama saya pada seorang tetangga pelanggan toko kami.
"Oh, belum Bu. Nanti saya beritahu istri saya agar ikut nyumbang," jawab si pelanggan. Itulah gambaran bagaimana silaturahmi terjalin erat dengan belanja di warung atau toko tetangga.Â
Kedua, memperkuat keamanan dan ketenteraman wilayah
Lho, belanja di toko dan warung setempat apa kaitannya dengan keamanan dan ketenteraman wilayah? Wah, hal ini mungkin tidak disadari oleh orang-orang yang bukan keluarga pemilik toko dan bukan pula pengurus desa atau wilayah permukiman.
Banyak yang kurang menyadari bahwa keberadaan warung dan toko-toko lokal atau tradisional itu ikut memperkuat keamanan wilayah. Logikanya sederhana saja.
Di mana ada warung dan toko lokal beroperasi, memang ada risiko kejahatan, misalnya perampokan atau pencurian. Akan tetapi, sejauh pengalaman keluarga kami, para penjahat cenderung mengincar toko-toko besar.
Nah, justru dengan adanya banyak warung dan toko-toko kecil dan menengah di pelosok wilayah, ada keramaian warga. Para calon penjahat akan berpikir ratusan kali sebelum melancarkan aksi jahat.
"Wah, kalau saya mencuri di kampung itu, bisa babak belur dihajar warga kalau saya ketahuan," demikian kira-kira isi pikiran calon penjahat.
Pemilik warung dan toko lokal memiliki ikatan sosial kuat dengan warga sekitar. Demikian pula, warga sekitar merasa ikut memiliki warung dan toko lokal. Hal ini yang mungkin kurang kita sadari.
Di lingkungan kami, keberadaan warung dan toko yang buka hingga sekitar pukul 22.00 menjadikan aktivitas warga semarak hingga malam. Di depan toko kami, sempat juga berdagang seorang penjual bakmi yang dagangannya cukup laris. Adanya warga yang berkumpul membuat suasana aman.Â
Selain itu, diam-diam para pemilik warung dan toko juga berperan sebagai "satpam" lingkungan.
Lalu-lalang orang, setidaknya yang singgah membeli, berada dalam pantauan pemilik dan pegawai toko lokal. Karena biasanya para pemilik dan karyawan ini adalah warga setempat, mereka segera mengenali jika ada "orang baru" datang.
Aparat keamanan kiranya sangat terbantu dengan adanya "satpam" lokal ini. Warung dan toko lokal mampu mengikis anonimitas yang sering dipakai sebagai "topeng pelindung" para pelaku kejahatan.Â
Jika pemilik warung dan toko lokal menjumpai pembeli yang mencurigakan, tentu akan segera menghubungi aparat keamanan atau pemerintahan setempat.Â
Agak sukar mengharapkan peran ini dijalankan pegawai toko ritel modern yang tidak mengenal (warga) lingkungan sekitar. Sama-sama pendatang dari luar lingkungan, bagaimana bisa mengenali "orang asing"?
Ketiga, membangkitkan ekonomi lokal
Ini manfaat yang jelas terlihat dengan berbelanja ke warung dan toko tetangga. Sirkulasi uang di daerah itu akan lancar. Semua diuntungkan. Pemilik warung dan toko, pegawai, pemasok barang, dan warga setempat akan menikmatinya.Â
Dengan berbelanja di warung dan toko tetangga, kita mendukung kemandirian ekonomi lokal.
Beda dengan dampak toko ritel yang pemiliknya adalah korporasi nasional atau bahkan internasional. Sebagian keuntungan tentu beralih ke kantong para pemilik "nun jauh di sana" yang nyaris mustahil membelanjakan kembali uang di daerah kita.
Dengan berbelanja di toko dan warung tetangga, kita menjaga keberlangsungan warung dan toko lokal. Menariknya, beberapa daerah melarang keberadaan toko ritel di daerah mereka demi melindungi warung dan toko setempat. Umpama, Kota Padang (Sumatera Barat) dan Barru (Sulawesi Selatan).
Tentu saja, toko ritel modern juga bermanfaat menggerakkan roda perekonomian nasional dan lokal. Ritel modern juga memacu warung dan toko tradisional untuk berbenah diri dengan penataan barang dan pelayanan prima.
Akan tetapi, bagaimanapun bagusnya ritel modern, ada tiga keuntungan "warung dan toko tetangga" yang sulit dibantah. Karena itu, jika ingin silaturahmi makin erat, wilayah makin aman, dan ekonomi daerah maju, mari berbelanja di "warung dan toko tetangga".
O ya, iklan sedikit boleh ya. Di toko keluarga kami tersedia sembako, jasa fotokopi, dan jasa penatu (laundry). Kalau Anda datang dengan menunjukkan artikel ini pada mama saya, mungkin dapat diskon atau bonus cuci gratis sekilo. Haha.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI