Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terungkap, 5 Kiat Memperluas Ceruk Pembaca Tulisan Kita

6 Oktober 2020   14:17 Diperbarui: 6 Oktober 2020   22:14 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perluas ceruk pembaca - pexels.com

Membicarakan kiat menulis selalu menarik. Sebagai penyaji gagasan, kita tentu ingin agar tulisan kita dibaca semakin banyak orang dari segala latar belakang sosial.

Masalahnya, tidak mungkin kita selalu memiliki ide yang dapat memuaskan semua pembaca dari segala kalangan. Adakala, kita mempunyai gagasan terkait topik bahasan spesifik dan sekilas hanya cocok  untuk ceruk pembaca yang sempit.

Lantas, bagaimana kiat memperbesar ceruk pembaca tulisan kita? Sebelum membahas topik ini lebih lanjut, kita perlu memahami pengertian istilah ceruk pembaca.

Pengertian Ceruk Pembaca

Dalam perbincangan narablog, sering tersua istilah 'ceruk pembaca blog'. Istilah ini hendak menerjemahkan istilah 'blog niche' dari bahasa Inggris.

Sebuah blog sukses lazimnya memiliki ceruk pembaca spesifik. Misalnya, blog bertema kiat menulis cerpen di media massa.

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V, ceruk antara lain bermakna 'relung yg masuk ke dinding (tembok, tanah, dsb); lekuk, lubang'. 

Meskipun belum dimasukkan sebagai salah satu istilah dalam KBBI V, kiranya kita dapat menakrifkan ceruk pembaca sebagai 'kelompok pembaca tertentu yang memiliki minat dan keperluan khas'.

Ceruk Pembaca Luas vs Sempit

Sebuah tulisan mengenai penemuan vaksin perdana Covid-19 di dunia adalah contoh tulisan berceruk pembaca luas. Pasti banyak pembaca dari segala kalangan berminat menyimak artikel itu.

Sementara itu, sebuah artikel mengenai perayaan Idulfitri atau perayaan Natal di kampung kita adalah contoh tulisan berceruk pembaca sempit. Ceruk ini akan makin menyempit ketika tulisan kita tulis dalam bahasa daerah tertentu.

Secara ringkas, luasnya ceruk pembaca ditentukan oleh sejumlah faktor berikut:

1) Relevansi tulisan: semakin relevan, semakin besar ceruk pembaca.

2) Bahasa: semakin "internasional" dan "nasional", semakin besar ceruk pembaca.

3) Lokasi: peristiwa lokal tentu lebih sempit ceruk pembaca dibanding gelaran nasional.

4) Tren minat: semakin mengikuti tren minat, makin besar ceruk pembaca.

Lima Kiat Memperluas Ceruk Pembaca Tulisan Kita

Bagaimana kiat memperluas ceruk pembaca tulisan kita? Secara singkat, kita memperluas ceruk pembaca dengan 5 kiat berikut:

1) Mengaitkan peristiwa lokal dengan peristiwa nasional dan global.

2) Mengulas dampak atau relevansi perbuatan/peristiwa sederhana/lokal bagi masyarakat luas.

3) Melibatkan pembaca dengan menyadarkan pentingnya topik tersebut dalam hidup sehari-hari.

4) Menemukan momen yang tepat untuk mengunggah atau memublikasikan tulisan.

5) Menyajikan tulisan dengan bahasa yang dimengerti semakin banyak orang, bukan istilah teknis yang sulit dipahami.


Contoh Perbaikan Draf

Misalnya, kita menulis tentang kegiatan kelompok pemuda desa dalam reboisasi hutan di dekat permukiman.  

Draf awal tulisan kita memuat hal-hal berikut: 

Karang Taruna Desa Sukaalam mengadakan penanaman bibit pohon kayu. Tujuannya adalah mendukung reboisasi hutan yang gundul. Dana diambil dari iuran anggota dan sumbangan warga.

Draf di atas masih kental dengan lingkup lokal. Jika ditayangkan di blog seperti Kompasiana ini, pembacanya mungkin akan terbatas pada anggota karang taruna dan segelintir pembaca saja.

Nah, agar tulisan itu lebih luas jangkauannya, draf perlu kita perkaya dengan:

1) Menyajikan data-data global dan nasional mengenai kerusakan hutan.

2) Mengulas relevansi kegiatan lokal itu bagi kelestarian alam secara luas.

3) Mengajak pembaca untuk menerapkan kegiatan serupa di lingkup masing-masing.

4) Menerbitkan artikel itu bertepatan dengan peringatan tertentu atau peristiwa aktual tertentu, misalnya banjir bandang akibat penggundulan hutan.

Contoh Artikel 

Tidak lengkap kiranya kita membahas teknik perluasan ceruk pembaca ini tanpa mengetengahkan contoh-contoh artikel. 

Tanpa mengurangi rasa hormat pada rekan-rekan penulis Kompasiana, saya ambil beberapa contoh saja tulisan dari jutaan artikel di Kompasiana dan ratusan ribu penulis Kompasiana.

1. Protokol Covid-19 bagi Jamu Gendong (klik saja)

tangkapan layar Kompasiana - dokpri
tangkapan layar Kompasiana - dokpri
Ibu Jamu Gendong (Foto: Ndutzprasetyo/Flickr)
Ibu Jamu Gendong (Foto: Ndutzprasetyo/Flickr)
Ibu Leya Cattleya dengan piawai mengaitkan kesulitan yang dialami para penjual jamu gendong di masa pandemi dengan kebijakan pemerintah Indonesia, saintifikasi jamu gendong, hingga kemungkinan mengajukan jamu gendong sebagai warisan budaya ke UNESCO.

Peraih sejumlah kusala pada ajang Kompasianival 2019 ini menyajikan isu lokal dalam sudut pandang nasional dan global. Ciamik!

2. Pembelajaran dari Pohon Bodhi Berbudi

tangyar Kompasiana - dokpri
tangyar Kompasiana - dokpri
Percabangan bawah pohon Bodhi di Watu Gong (Dok Ibu Suprihati))
Percabangan bawah pohon Bodhi di Watu Gong (Dok Ibu Suprihati))
Melihat pohon Bodhi secara sekilas mungkin hanya akan menghasilkan tulisan pendek tentang klasifikasi botani, keindahan, dan makna keagamaan pohon Bodhi.

Di tangan Ibu Suprihati, pohon Bodhi tak sekadar tiga hal di atas. Dengan gaya tutur yang memukau, Ibu Prih mengulas empat hikmah pohon Bodhi ini bagi kita semua. 

Pohon Bodhi yang sakral bagi pemeluk agama tertentu itu disajikan sebagai sumber inspirasi universal. Inilah contoh brilian perluasan ceruk pembaca! Mantul!

3. Filosofi Tani "Weri Mesik Todo Lor"

tangyar Kompasiana - dokpri
tangyar Kompasiana - dokpri
Setiap daerah memiliki kearifan lokal, juga dalam bercocok tanam. Di Manggarai, ada filosofi "Weri Mesik Todo Lor". Rekan muda Guido mengulas filosofi lokal ini secara apik.

Bapak saya sementara memangkas ranting kayu gamal yang dijalari stek fanili (Dok REBA GUIDO)
Bapak saya sementara memangkas ranting kayu gamal yang dijalari stek fanili (Dok REBA GUIDO)
Subjek utama anggitan ini sejatinya adalah ayah tercinta. Guido dengan lihai mengulik kearifan bertani ramah lingkungan yang diterapkan sang ayah sebagai inspirasi bagi pembaca, baik petani maupun bukan petani.

4. Bertanam Pisang, Usaha Sampingan yang Menjanjikan

tangyar Kompasiana - dokpri
tangyar Kompasiana - dokpri
Siapa yang belum pernah melihat pohon pisang? Mungkin, cuma bule Eropa. Rekan muda kita, Mas Guru Ozy Alandika dengan gaya tutur gurih menyajikan pisang-pisang yang tumbuh di dekat rumahnya bagi kita.

Pisang jantan. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang jantan. Dok. Ozy V. Alandika
Bukan sekadar ulasan asal-asalan, pembaca diajak memahami kandungan gizi pisang dan prospek bisnisnya. Selain seorang pendidik yang baik, rekan Ozy rupanya adalah ahli dan praktisi bisnis pisang lokal. Salam hormat, Mas Nadiem. Eh, Mas Ozy!

Wasana Kata

Masih banyak artikel menarik di Kompasiana ini yang dapat menjadi contoh perluasan ceruk pembaca. Rekan-rekan dapat menambahkan informasi mengenai contoh artikel di kolom komentar. Karya sendiri, boleh. Kurasi karya rekan lain juga oke! 

Lalu, penulis artikel ini bisa nggak buat perluasan ceruk pembaca? Hehehe...sila kepoin sendiri coretan penulis semenjana ini. Misal, artikel satu, dua, dan tiga.  Akan tetapi, saya sarankan jangan boroskan waktu. Lebih baik Anda mulai berlatih dan mematangkan teknik perluasan ceruk pembaca.

Membaca kiat menulis tidak membuat kita langsung pandai menulis. 

Mulailah segera, misalnya dengan (aktif) menulis di Kompasiana. Kompasiana menjadi rumah nyaman untuk berlatih menulis dan memberi apresiasi tulus pada sesama penulis.

Ditulis dengan penuh cinta, R.B

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun