Usaha tulus ini berbuah manis. Kata petaloso viral di Twitter dan aneka media sosial di Italia. Salah satunya berkat peran pemengaruh (influencer) dan warganet Italia dan dunia.
Kata petaloso ini juga akhirnya dimasukkan sebagai kata baru dalam bagian neologisme kamus daring ternama bahasa Italia, Treccani. Sementara itu, kamus lain masih menanti hingga kata ini digunakan secara luas oleh para akademisi.
Lepas dari itu semua, Matteo Trovò telah menerima penghargaan dari Cristina Giachi, wakil walikota Florence. Ia mengatakan, "Matteo layak menerima kusala ini karena meski baru berusia delapan tahun, ia memiliki keberanian dan energi untuk mengekspresikan kreativitasnya."
Bisakah Anak Indonesia Ciptakan Kata Baru?
Setakat ini, KBBI edisi V memuat 127.036 lema. Jumlah lema ini terbilang masih sedikit. Sebagai perbandingan, Oxford English Dictionary berisi entri lengkap untuk 171.476 kata yang digunakan saat ini (dan 47.156 kata usang). Sementara itu, situs Treccani mencatat sekitar 210 ribu kata bahasa Italia.
Bahasa Indonesia masih tergolong "bahasa muda" yang masih memerlukan banyak kata baru. Masyarakat warga sejatinya diharapkan menjadi penyumbang kata baru. Para pelajar dan generasi muda Indonesia sangat diharapkan menjadi pengusul kata baru bahasa Indonesia.
Bisakah siswa Indonesia menciptakan kata baru untuk menambah kosakata bahasa Indonesia? Bisakah anak-anak Indonesia meniru jejak Matteo, si bocah ajaib dari Italia yang berhasil menjadikan petaloso sebagai kata baru bahasa Italia?
Jawabannya, bisa! Asalkan, pendidikan kita memberikan pendampingan yang mendukung munculnya rasa cinta berbahasa Indonesia dalam hati anak-anak kita.
Pelajaran bahasa Indonesia hendaknya sungguh menyenangkan dan melibatkan anak didik. Para guru hendaknya meneladan Ibu Aurora, guru Matteo. Ketika anak didiknya membuat kesalahan, Bu Aurora tidak hanya mempersalahkan siswa. Ia memberi dorongan. Ia mengatakan,Â
"Itu salah, tetapi indah".