Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Unik "Pernikahan" Martir Pasutri Korea Selatan, Yu dan Rugalda

17 September 2020   06:34 Diperbarui: 17 September 2020   18:26 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari koreanmartyrs.or.kr

Mungkin banyak di antara kita yang belum menyadari bahwa Korea Selatan adalah negara yang juga bineka dalam hal agama dan kepercayaan. Menurut laman Wikipedia, Korea Selatan pada 2019 berpenduduk 51 juta jiwa.  Sebanyak 56.1% penduduknya mengidentifikasikan diri sebagai "tidak beragama", 27.6% kristiani (Katolik dan Kristen),  15.5% Buddhisme Korea, dan 0.8% agama dan kepercayaan lain. Ini adalah hasil sensus tahun 2015.

Pada akhir 2017 Gereja Katolik Korea Selatan memiliki 5,8 juta anggota. Artinya, 11.0% populasi Korea Selatan beragama Katolik. Sejarah panjang kekatolikan di Korea Selatan berawal sejak tahun 1780. 

Salah satu kekhasan Gereja Katolik Korea Selatan adalah peran umat (kaum awam atau bukan pastor/biarawan) yang amat kuat. Selain itu, ada sepuluh ribu martir asli Korea yang gugur karena mempertahankan iman kala dianiaya penguasa.

Pasangan "suami-istri" Yohanes Yu Jung-Cheol dan Rugalda Yi Sun-i adalah bagian dari ribuan martir Korea tersebut. Mengapa kata suami-istri saya beri tanda kutip? 

Ini karena keunikan kisah cinta dan "perkawinan" dua martir Korea Selatan ini. Saking uniknya, kisah mereka dijadikan film (drama) Korea yang tentu saja ditonton dan diapresiasi orang Katolik dan bukan Katolik.

Riwayat Hidup Yu Jung-Cheol dan Rugalda

Yohanes Yu Jung-Cheol dan Lutgarda Yi Sun-i (nama lain adalah Rugalda) adalah suami-istri yang hidup saat penganiayaan terhadap jemaat Katolik sedang terjadi di Korea. Mereka termasuk dalam 10.000 martir Korea yang wafat demi iman dalam rentang waktu seratus tahun.

Yohanes Yu Jung-cheol adalah anak bangsawan kaya di Jeonbuk. Ia lahir pada tahun 1779. Ayahnya, Agustinus Yu adalah tokoh Katolik di daerah Jeolla-do. Yu dikenal sebagai pemuda yang jujur dan suka menolong. Ia menerima komuni pertama saat berusia 16 tahun dari Pastor James Zhou.

Lutgarda lahir pada 1782 dalam keluarga bangsawan yang menjadi cikal Gereja Katolik di Korea. Lutgarda Yi Sun-i dididik secara Katolik dengan baik oleh orang tuanya. Saat berusia 14 tahun, Lutgarda menerima komuni pertama. Sejak saat itu ia menjaga kesucian diri agar layak menjadi tabernakel (bait/rumah) hidup bagi Yesus. 

Ia berjanji akan hidup murni seumur hidupnya demi mencintai Tuhan sepenuhnya. Akan tetapi, pada zaman itu sungguh tidak lazim bahwa seorang putri bangsawan hidup sebagai perawan. Jika Lutgarda tidak menikah, seluruh kerabatnya akan dipermalukan.

Lutgarda menyampaikan permasalahan ini pada Pastor Ju Mun-mo, misionaris dari Cina. Sang pastor menyarankan agar Lutgarda menikah dengan Yohanes Yu Jung-cheol yang juga memiliki keinginan untuk hidup murni demi Kerajaan Allah. 

Sebagai catatan, idealisme selibat atau hidup murni demi tujuan rohani tersua dalam Gereja Katolik. Yesus sendiri menghayati selibat. Dalam perkembangan sejarah, Gereja Katolik ritus barat (Romawi) mewajibkan selibat bagi para pastornya. Demikian pula, sebagian umat boleh saja memilih hidup lajang demi melayani Tuhan dan sesama secara penuh.

"Menikah" tetapi Janji Tidak Berhubungan Badan

Mereka berdua menikah pada bulan September 1798 dengan sebuah kesepakatan bahwa mereka akan hidup sebagai kakak dan adik dan berpantang dari hubungan badan. 

Sebagai catatan, kiranya ada kemiripan antara perkawinan Yu Jung-cheol dan Lee Sun-i dengan perkawinan Yusuf dan Maria (orang tua Yesus) sebagaimana dicatat dalam Alkitab. Yusuf dan Maria adalah suami-istri sejati, akan tetapi mereka hidup murni sampai akhir hayat.

Selama empat tahun, sampai akhir hayat masing-masing, mereka hidup dalam perkawinan dengan janji khusus tersebut.

Lutgarda ditangkap pertengahan September tahun yang sama. Ia menyemangati kerabatnya yang juga dipenjara bersamanya dengan berkata, "Kita akan masuk surga bersama-sama". 

Dari penjara, Yi menulis surat berikut, "Kami berlima berteguh hati mempersembahkan hidup kami untuk Tuhan sampai waktu kemartiran nanti...Tiap hari kami disegarkan oleh rahmat dan cinta. Kebahagiaan ilahi memenuhi hati kami. Tak sedikit pun ada kecemasan dalam hati kami."

Yu Jung-cheol dan Lutgarda dipenjara di tempat berbeda. Dari penjara, tiga bulan sebelum wafatnya, Lutgarda mengirim surat pada suaminya. Sang suami membalas, "Adikku, aku menyemangati, menasihati, dan menghiburmu. Sampai jumpa di surga." Balasan itu ditulis Yu pada sepotong kain yang berhasil ia sembunyikan dari pengawasan sipir penjara.

Pada musim semi tahun 1801, Yu ditangkap dan dipenjara di Jeonju. Penyiksaan di penjara tidak membuat imannya lemah. Ia wafat sebagai martir pada 14 November 1801 dalam usia 22 tahun.

Rugalda Lee Sun-i wafat sebagai martir bersama sejumlah kerabatnya pada 31 Januari 1802. Setelah kepalanya dipenggal, mengalirlah darah berwarna putih dari tubuh sang martir. Saat itu ia baru berusia 20 tahun.

Dinyatakan sebagai Saksi Iman oleh Paus Fransiskus

Pada tanggal 7 Februari 2014, Paus Fransiskus secara resmi menyatakan Yohanes Yu dan Lutgarda Lee Sun-i bersama 122 orang lain sebagai "venerabilis" atau "hamba Tuhn". martir atau saksi iman. Kemudian, pada 16 Agustus 2014, mereka dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus pada Asian Youth Day di Gwanghwamun Plaza, Seoul, Korea Selatan.

Sebagai catatan, selain Yohanes Yu dan Lutgarda Lee, ada banyak pasangan suami-istri yang menjadi martir di Korea (yang berjumlah 10.000 martir).

Beberapa pasutri martir tersebut, antara lain, adalah: Beato Agostinus Jeong Yak-jong dan Santa Cecilia Yu So-sa (orang tua Santo Paulus Chong Hasang), Santa Elisabet Jeong Jeong-hye dan Beato Carlo Jeong Cheol-sang, Beato Petrus Jo Suk dan Beata Teresa Kwon Cheon-rye, Beato Barnabas Jeong Gwang-su dan Beata Lucia Yun Un-hye, dan Beato Fransiskus Pak Gyeong-jin e Margherita Oh.

Para kudus tersebut menjadi teladan kesetiaan suami-istri Katolik. Hendaknya saling mencintai sampai akhir hayat seperti para martir suci.

Jadi Drama Korea

Kisah unik "perkawinan" dua martir Korea Selatan ini telah dijadikan buku, drama, dan juga film drama Korea. Kedutaan Besar Korea untuk Takhta Suci Vatikan pada 2012 memutar film berjudul "John and Rugalda: Two Virgin Spouses".

asianews.it
asianews.it
Film keluaran 2010 ini diproduksi di Korea oleh PBC (Pyeonghwa Broadcasting Corporation) yang bekerjasama dengan Konferensi Waligereja Korea. Sutradaranya adalah Kim Suhyeong. Rugalda diperankan oleh artis Lee Yoon Ji.

asianchingu.com
asianchingu.com
Salam.

Taman baca: 1, 2

                                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun