Paola begitu murah hati pada kaum miskin hingga tampaknya suaminya merasa terganggu. Di musim paceklik, para pengemis berbondong-bondong datang ke kastel Paola untuk meminta bantuan.
Paola harus menderita akibat ketidaksetiaan suaminya. Suaminya bahkan terang-terangan membawa seorang wanita muda ke kastel. Wanita muda itu adalah mata-mata tetapi juga kekasih gelap suaminya.
Akan tetapi, Paola justru menunjukkan kasihnya pada wanita muda itu. Ketika kekasih gelap suaminya jatuh sakit, Paola merawatnya dengan penuh perhatian. Kebaikan Paola membuat wanita muda itu bertobat. Sebelum meninggal, wanita muda itu sempat mengaku dosa di hadapan imam.
Kesulitan lain harus Paola hadapi saat ia dituduh meracuni seorang yang membencinya. Akan tetapi, berkat kesabaran dan kasih, Paola berhasil membuktikan bahwa ia tidak bersalah.Â
Paola juga berhasil meluluhkan hati suaminya untuk bertobat. Suaminya akhirnya kembali ke pangkuan Gereja dan mendukung penuh karya kasih Paola pada kaum miskin.Â
Paola mengisi hari-hari hidupnya juga dengan laku tobat sampai wafatnya dalam usia yang masih tergolong muda pada tanggal 24 Januari 1515. Paus Gregorius XVI menyatakan Paola sebagai beata pada tahun 1845.
Semoga teladan Beata Paola Gambara Costa menjadi inspirasi bagi pasutri Katolik dan pasutri lain untuk mengupayakan keutuhan perkawinan dengan kasih dan pengampunan. Salam damai.