Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elizabeth Canori, Disakiti namun Berhasil Mempertobatkan Suami

6 September 2020   09:19 Diperbarui: 6 September 2020   09:21 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarah Gereja Katolik, ada sejumlah suami dan istri yang hidup dalam kesucian dan akhirnya dinyatakan resmi sebagai orang kudus. Elizabet Canori adalah salah satu dari kaum awan (bukan biarawan/biarawati) yang mendapat gelar beata atau orang kudus yang berbahagia. 

Kisah hidup dan perkawinan Elizabet Canori amat inspiratif bagi pasutri kristiani maupun bukan kristiani. Ia adalah seorang istri yang sepanjang hidupnya banyak disakiti suami, namun tekun mendoakan pertobatan suami. Alih-alih bercerai, Elizabet Canori berusaha mencintai suaminya dengan ketulusan yang tak terperi.

Bagaimana kisahnya?

Elizabeth Canori lahir di Roma, 21 November 1774. Ia adalah puteri bangsawan kota Roma yang dibesarkan di bawah bimbingan para suster Agustinian di sebuah biara di Cascia, Italia. Pada masa kecilnya yang bahagia itu, cintanya pada Tuhan dan sesama manusia bertumbuh.

Banyak orang mengira ia akan menjadi biarawati. Akan tetapi, ketika remaja, Elizabeth sakit tuberkulosis sehingga terpaksa kembali ke rumah orang tuanya di dekat Koloseum Roma.

Ia kemudian jatuh cinta pada Cristoforo Mora, seorang pengacara. Pada usia 21 tahun, Elizabet menikah dengan pujaan hatinya.

Bulan-bulan pertama perkawinan mereka amatlah bahagia. Akan tetapi, Cristoforo berubah menjadi pencemburu. Ia melarang Elizabet menulis surat untuk sahabat-sahabatnya. Lambat laun Cristoforo tak peduli lagi pada sang istri. Lebih parah lagi, Cristoforo menjalin hubungan asmara dengan wanita lain.

Elizabeth membesarkan dua putrinya, Marianna dan Lucina, dalam situasi perkawinan yang sukar. Ia bekerja keras mencari penghasilan sementara suaminya justru menghamburkan uang. 

Banyak sahabat menasihati Elizabeth agar meninggalkan suaminya yang tidak setia. Akan tetapi, Elizabeth mengingat janji setia perkawinan dan rahmat Tuhan yang ia yakini menguatkannya dalam suka dan duka.

Doa dan Cinta

Elizabeth tak henti-henti berdoa dan mempersembahkan derita yang dia alami demi pertobatan suaminya. Elizabeth menimba kekuatan hidup dari Ekaristi, doa, dan devosinya pada Tritunggal Maha Kudus. Ia mendorong kedua putrinya untuk berdoa bagi pertobatan ayah mereka. Ia berpesan pada dua putrinya untuk tidak membenci ayah mereka.

Elizabeth wafat pada tanggal 5 Februari 1825 dengan disaksikan dua putri dan suaminya. Suaminya yang menyaksikan saat-saat terakhir Elizabet akhirnya menyadari betapa terlukanya Elizabeth dan kedua putri mereka akibat perilakunya. 

Saat Elizabet wafat, kepada dua putrinya, Cristoforo berkata, “Hari ini kita kehilangan seorang istri dan ibu yang baik hati”.

Doa Elizabeth terkabul setelah wafatnya. Berkat doa-doa Elizabeth demi pertobatannya, Cristoforo sungguh berubah total. Puncaknya, pada tahun 1834, Cristoforo menjadi anggota Fransiskan Konventual dan wafat sebagai imam di sebuah gereja di Sezze (Italia) pada tahun 1845.

Sebagai catatan, pria yang sudah menjadi duda seperti Cristoforo dapat ditahbiskan menjadi imam Katolik karena memang sudah tidak terikat pada ikatan perkawinan lagi. 

Berbeda dengan pendeta Gereja Reformasi atau Gereja Kristen, imam atau pastor Gereja Katolik ritus Romawi adalah pria yang tidak menikah dan membaktikan diri sepenuhnya pada Tuhan dan sesama.

Dinyatakan sebagai Beata oleh Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II menyatakan Elizabeth sebagai beata pada 24 April 1994 (bertepatan dengan Tahun Keluarga). 

Saat itu Paus Yohanes Paulus II berkata, “Elizabeth Canori Mora, di tengah banyak kesulitan dalam perkawinan, menunjukkan kesetiaan total pada janji yang diucapkannya ketika menikah dan pada tanggung jawab yang berakar pada janji itu. Berkat doanya yang tekun dan dedikasinya yang heroik bagi keluarganya, ia mampu mendidik anak-anaknya sebagai kristiani dan  berhasil mempertobatkan suaminya.”

--

NB: Kehidupan Beata Elizabeth Canori Mora tidak semestinya digunakan sebagai alasan untuk membenarkan dan menerima dengan pasrah kekerasan dalam rumah-tangga (kristiani). Jika Anda mengalami kekerasan dalam rumah-tangga, hubungilah pihak-pihak berwenang untuk menemukan pemecahan terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun