Alkisah, si Bronto yang baru saja datang ke Jogja untuk memulai kuliah sudah memendam keinginan untuk wisata kuliner di Kota Pelajar itu. Teman-teman di kampungnya berkata, Jogja itu surga makanan enak.Â
Ada gudeg Jogja yang terkenal. Ada ayam kampung Mbok Mbayar, Mbok Taboki, dan Mbok Seneni (bukan nama sebenarnya-red). Ada warung nasi pecel. Pokoknya Jogja Berhati Nyaman dan bikin mulut dan perut nyam-nyam.
Karena harus bayar uang kuliah, uang kos, dan uang pulsa, Bronto tak bisa semena-mena menghabiskan uang saku pemberian Emaknya. Bronto harus menghemat pengeluaran makan.
Untunglah, kata teman kosnya, Jogja menawarkan kuliner harga mahasiswa. "Ada kok warung makan murah meriah. Ada yang namanya warung angkringan. Di situ kamu bisa beli nasi kucing," kata temannya.
"Gile lu, Ndro. Saya ini masih manusia, masa beli nasi makanan kucing," seru Bronto.
"Bukan begitu, Mas Bro. Nasi kucing itu nasi segumpal ditemani ikan teri atau telur dadar. Kalau makan satu bungkus saja ya emang sih ga kenyang, tapi lumayan tuk ganjel ban truk," jelas temannya.
Bronto mengangguk. "O gitu ya. Selain nasi kucing, ada menu apa lagi yang murah?," tanyanya.
Temannya menyebut, ada warung-warung dekat kampus yang harga menunya lumayan terjangkau kantong mahasiswa.
Bronto pun segera meluncur ke TKP. Deretan warung makan di dekat kampus tersohor dia datangi.
Sesampai di lokasi, ada sebuah spanduk yang menarik perhatiannya. "Bebek Goreng Bu Tejo. Cuma Empat Ribu Rupiah."
Bronto yang sudah merasa lapar berbisik dalam hatinya,"Nah, ini dia warung murah meriah!"