Dengan hati gembira, Bronto masuk dan segera memesan nasi, bebek goreng, dan lalapan sayur. Ditutup dengan es jeruk. Sudah begitu, Bu Tejo sang pemilik warung juga membawakan sepiring tahu dan tempe goreng renyah. Sedaaap.
Ketika hendak membayar, Bronto bertanya, "Berapa, Bu semuanya?"
"Murah kok Mas, hanya 30 ribu," kata Bu Tejo sang pemilik warung.
"Loh, kok jadi mahal begitu, Bu Tejo? Di spanduk kan tulisannya Bebek Goreng Murah, Cuma Empat Ribu Rupiah," tanya Bronto.
"Owalah Mas..Mas...Apa Masnya tidak baca? Ada keterangan di spanduk itu. Yuk kalau gak percaya, kita lihat sebentar ke luar," kata Bu Tejo.
Bronto pun mengikuti langkah Bu Tejo ke luar warung untuk melihat lagi spanduk di luar.
"Ini lho Mas...tulisannya ada. Huruf besar: BEBEK BU TEJO MURAH. CUMA EMPAT RIBU RUPIAH. Terus ada huruf kecil di bawahnya: Tahu dan Tempe Saja," terang Bu Tejo.
Seketika lutut Bronto lemas terkulai. Gara-gara sudah lapar, tadi dia tak baca cermat spanduk di depan. "Bu Tejo..Bu Tejo..spanduk warungmu mengeringkan isi dompetku."
TAMAT.Â
(Kisah ini fiktif belaka dan tidak menggambarkan kondisi nyata harga di warung makan di Jogja. Jangan takut ke Jogja. Hanya perlu waspada. Sebaiknya jangan makan di warung makan tanpa daftar harga menu yang jelas).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H