Tanpa bermaksud menyinggung perasaan mantan. Eh...
Tanpa berniat melukai perasaan siapa pun, kisah ini soal istri Pak Bambung. Sebut saja Bu Bambung. Ya iyalah masak Mawar (bukan nama sebenarnya-red). Sudah bisa ditebak, kisah apa jika ada nama Mawar disebut.
Sekali lagi, tanpa ingin melukai perasaan siapa pun, Bu Bambung pendidikannya bersahaja saja. Mungkin seperti sejumlah istri pejabat di negeri antah berantah ini.
Nah, ketika suaminya melesat jadi pejabat, otomatis Bu Bambung ikut melambung. Dari seorang ibu rumah tangga jadi istri pejabat.
Sekali lagi, ingat ini kisah humor. Dilarang tersinggung.Â
Karena belum biasa tampil berpidato di acara resmi, Ibu Bambung didampingi tim ahli istri pak pati. Ada tim kecil yang membuat naskah pidato dan menyiapkan segala hal terkait kegiatan harian istri pejabat tertinggi di kabupaten.
Bu Bambung akhirnya tampil. Memberikan sambutan di hadapan para penggerak PKK se-kabupaten. Dengan cukup tenang, ia maju ke atas panggung. Semua mata hadirin menyorot sosok istrinya pak pati.Â
Ibu Bambung segera membuka map. Di dalamnya, sudah disiapkan teks pidato perdananya. Staf ahli sudah mengetik teks pidato dengan cukup rapi.
Segera Ibu Bambung dengan lantang membaca teks pidato, "Selamat pagi, bapak dua, ibu dua, saudara dua, dan saudari dua sekalian..."
Hadirin mulai saling berpandangan. Ada yang mulai batuk-batuk kecil. Ada pula yang mulai tertawa.
Ibu Bambung bingung. Mengapa hati hadirin jadi sangat kacau. Padahal ia tidak buat apa-apa selain membaca apa yang tertulis dalam teks pidatonya: