Dear Kompasiana,
Banyak orang jatuh cinta padamu. Ada yang pada pandangan pertama. Ada pula pada pandangan entah ke berapa. Aku pun jatuh cinta meski ku tahu, banyak orang telah lebih dulu mencintaimu.
Berkatmu, Kompasianer mampu mengunggah gagasan brilian, tulisan mencerahkan, dan roman picisan. Sebagian bahkan menemukan belahan jiwanya berkatmu. Engkau memang mak comblang yang gemilang.
Dear Kompasiana, perkenankan aku meniru kata-kata Ratu Tisha Destria, mantan sekjen PSSI. Sang Ratu  pernah berkata, "Hati saya kalau dibelah isinya hanya bola."
Mungkin aku dan sejumlah Kompasianer lain juga akan berkata tentangmu,"Hati kami kalau dibelah (sebagian) isinya ya Kompasiana." Bayangkan, betapa banyak pemikiran dan energi tercurah untuk menulis dan bersilaturahmi di Kompasiana. Berapa kuota rela dihabiskan untuk ngompasiana.Â
Seperti kata filsuf Yunani: tak ada yang kekal di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Engkau pun berubah, Kompasiana. Dari masa ke masa. Dari wadah jurnalis Kompas, jadi blog warga terbesar di Nusantara, hingga kini jadi Kompasiana yang kami kenal.
Terima kasih atas kesempatan curhat dan kepo yang engkau berikan pada jutaan orang. Terima kasih atas hadiah lomba blog, K-Rewards, dan dana untuk kegiatan komunitas yang engkau gulirkan.
Akan tetapi, hatiku sedikit sendu melihat performa terakhirmu. Setidaknya ini yang disajikan Alexarank tentangmu:
Tiap tamu menghabiskan rata-rata 3,29 menit di Kompasiana. Tingkat pantulan masih tinggi: 73,1 persen. Bounce rate itu artinya "Percentage of visits to the site that consist of a single pageview."
Pendek kata, masih banyak tamu yang lantas kabur setelah membaca satu halaman Kompasiana.Â