Ketika saya mengunjungi Yerusalem, saya memasuki semua bagian kota itu. Saya minum jus delima nan sedap di Muslim Quarter. Pemilik kios buah, seorang pria muslim, dengan senang hati ngobrol dengan saya dan seorang rekan yang berasal dari Indonesia.
"Banyak saudara-saudari Muslim di Indonesia," kata saya pada si bapak yang paham bahasa Inggris. Ia mengiyakan. Ia sudah biasa melihat dan menjumpai peziarah asal Indonesia lalu-lalang di Old City.
Saya juga sempat memasuki kawasan Jewish Quarter, di mana ada Tembok Ratapan (The Wailing Wall). Lain kali saya kisahkan rincian kisahnya.Â
Berjumpa Wanita Palestina di Yerusalem
Yang menarik adalah bahwa saya berjumpa seorang wanita Palestina di Yerusalem. Lho, kok bisa? Bukankah orang Palestina selama ini dikabarkan ditindas (tentara) Israel? Mana mungkin orang Palestina dijumpai di Yerusalem yang diawasi ketat tentara Israel?
Hmm...sabar dulu. Selama ini mungkin narasi yang kita dengar di Indonesia adalah narasi tentang perang Israel-Palestina. Memang benar, berulang kali terjadi perang berdarah antara Israel dan Palestina.Â
Kelompok Hamas dari Palestina melancarkan serangan roket yang menewaskan tentara dan warga sipil Israel. Tentara Israel juga beberapa kali merangsek masuk Jalur Gaza.Â
Kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa dan harta memang terjadi, namun kala situasi relatif tenang, warga Israel dan Palestina sejatinya berbaur, meski terbatas.Â
Wanita Palestina yang saya jumpai adalah seorang wanita paruh baya. Sebut saja namanya Fatima. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga di biara yang terletak tak jauh dari tembok kota Yerusalem, di mana saya tinggal selama sebulan.Â
Fatima hanyalah satu dari puluhan ribu orang Palestina yang tiap hari bekerja di wilayah Israel. Dikutip dari Jerusalem Post.com, menurut kementerian pertahanan Israel, warga Palestina memasuki Israel sebanyak 15 juta kali melalui berbagai penyeberangan dari Gaza dan Tepi Barat pada 2017.Â
Jumlah frekuensi pelintas batas Palestina-Israel ini meningkat dari 13 juta pada 2016. Rata-rata, lebih dari 60.000 orang per hari memasuki Israel untuk bekerja, mendapatkan perawatan medis, bantuan kemanusiaan dan melakukan perdagangan di wilayah Israel.