Yerusalem, Kota Damai
Saya menginap di sebuah biara di kota Yerusalem. Ironis memang, arti kata Yerusalem yang diperebutkan banyak pihak (atas nama agama dan politik) adalah kota damai.Â
Nama kuno kota ini adalah Salem. Kota Salem sudah ada sejak zaman perunggu awal (2300--1700 SM). Alkitab pertama kali menyebut nama kota ini sebagai tempat bertemunya Abraham dan Melkisedek (lihat Kejadian 14:18)Â
Nama Yerusalem muncul pertama kali dalam Kitab Yosua 10: 1. Kota Yerusalem ditaklukkan dan tampaknya ditinggalkan oleh Israel (Hakim-hakim 1: 8). Namun, kota ini tetap ditempati oleh orang Yebus. Empat ratus tahun kemudian Daud menaklukkan Yerusalem dari orang Yebus, menganeksasinya dan menjadikannya ibu kotanya (2 Samuel 5: 6).
Sejarah Yerusalem nan unik ini sejatinya menyadarkan kita bahwa manusia yang beragam tentu akan terlibat dalam perselisihan, namun juga perdamaian.Â
Tidak ada permusuhan yang seratus persen abadi sehingga mustahil tercipta perdamaian. Jika Tuhan berkenan dan manusia mau menciptakan damai, kedamaian dapat tercipta. Semustahil apa pun dalam pemikiran manusia.
Saat ini, memang secara de facto Yerusalem menjadi objek kontestasi politik yang berkelindan dengan persoalan agama. Sama halnya dengan wilayah Tanah Suci yang terus-menerus jadi rebutan banyak pihak dengan bumbu politisasi agama.
Yerusalem, satu kota banyak suku dan agama
Mari kita lihat peta Yerusalem yang unik.Â