Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Kisah Sukses dan Kisah Wisata kok Dibilang Pamer?

16 Juli 2020   06:14 Diperbarui: 16 Juli 2020   10:56 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kisah wisata - Sumber: pexels.com

Kehidupan dalam falsafah Jawa diibaratkan sebagai cakra manggilingan. Suatu roda berputar. Kadang susah. Kadang sukses. Hari ini dihina. Esok dipuja. Mirip roda atau batu giling yang kadang di atas dan di bawah.

Sangat beruntunglah orang-orang yang pernah mengalami kontras antara kegagalan dan keberhasilan. Tentu saja, beruntung juga orang yang hidupnya datar-datar saja. 

Bedanya, mereka yang pernah merasakan pahitnya kemiskinan dan manisnya kesejahteraan yang diraih dengan kerja keras akan mampu memberikan inspirasi bagi orang-orang yang mengenal mereka.

Contoh saja Cristiano Ronaldo, bintang sepak bola ternama asal Portugal. Ronaldo terlahir sebagai anak bersahaja pasangan seorang tukang kebun dan tukang masak. 

Kini Ronaldo menjadi salah satu atlet kaya di dunia. Asetnya banyak. Ia bisa bepergian ke mana saja. Juga ke luar angkasa jika mau. 

Apakah Ronaldo pantas disebut sedang pamer ketika ia dalam wawancara mengisahkan kesuksesannya dan juga menceritakan buah dari kerja kerasnya?

Hmm...tentu saja reaksi orang akan tetap berbeda-beda. Ada yang menghargai kisah sukses Ronaldo itu sebagai inspirasi. Ada pula sebagian orang yang menganggapnya sombong dan sok pamer.

Dalam bahasa Inggris, ada ungkapan "haters gonna hate". Orang yang dasarnya memang kurang suka dengan kita, apa pun yang kita perbuat, dapat menjadi alasan baginya untuk bersikap iri hati.

Menulis Kisah Sukses dan Wisata
Bagaimana tanggapan orang terhadap para penulis yang menulis kisah sukses dan kisah perjalanan wisata? Sama seperti contoh sikap orang terhadap megabintang Cristiano Ronaldo. Pasti ada yang memberi apresiasi, ada pula yang -entah secara terbuka atau tidak- mencibir.

Apakah salah bahwa penulis menganggit kisah sukses yang dirintis dengan susah-payah? Pada dirinya sendiri, kisah sukses semacam ini amat patut dipuji. Lain halnya jika seorang penulis mengisahkan kisah sukses yang ternyata diraih dengan cara kotor. Tuhan tahu fakta sebenarnya di balik kisah sukses tak halal semacam ini.

Apakah keliru bahwa penulis menceritakan kisah perjalanan wisata, terutama yang memerlukan biaya mahal? Kiranya tidak ada yang salah dengan menuliskan kisah wisata nan memesona.

Justru kisah wisata ke luar negeri atau ke tujuan wisata (yang jarang bisa dikunjungi kebanyakan orang) dapat menjadi sumber wawasan bagi pembaca umum.

Pembaca umum tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati keindahan tujuan wisata yang sedang diulas. Selain itu, biasanya ada kisah unik yang dibagikan sehingga kisah wisata menjadi lebih kaya.

Jika penyuka belanja bisa menghemat dengan belanja jendela (window shopping), penyuka wisata bisa juga menghemat dengan wisata jendela melalui tulisan. 

Di Kompasiana ini, kita beruntung memiliki kanal gaya hidup dan wisata. Banyak penulis handal dengan suka cita membagikan kisah sukses dan kisah wisata. Beberapa penulis yang (pernah) berdomisili di luar negeri juga dengan gembira membagikan pengalaman mereka di negeri orang.

Menulis sebagai Upaya Memotivasi
Melalui kisah sukses dan kisah pengalaman wisata (di luar negeri), para penulis secara tersurat maupun tersirat memotivasi pembaca untuk melihat kehidupan secara lebih luas.

Jika saat ini kita masih terpuruk, bukan berarti hidup kita selamanya buruk. Keberhasilan akan kita tuai seizin Tuhan kala kita bekerja dengan hati penuh kejujuran.

Jika saat ini kita merasa hanya tahu lingkungan sekitar kita, bukan berarti selamanya kita hanya tahu yang itu-itu saja. Artikel wisata membawa kita melanglang buana. Membuka jendela-jendela wawasan akan manusia dan dunia. 

Kepada adik-adik saya yang belum sempat ke luar negeri, saya dengan bangga mengisahkan keindahan sejumlah negara yang sempat saya kunjungi atas perkenan Tuhan. Tentu saja, bukan untuk pamer, melainkan untuk memotivasi.

"Bekerja keraslah. Menabunglah. Belajarlah dengan baik agar dapat beasiswa ke luar negeri," demikian sekelumit nasihat saya.

Kepada para penulis pemula, tak segan saya menulis panduan menembus rubrik bahasa Kompas dan artikel utama Kompasiana. Tentu bukan untuk sombong, tetapi untuk memberi dorongan semangat.

Jika saya yang biasa-biasa saja bisa meraih kesuksesan kecil itu, apalagi Anda! 

Sebuah lompatan raksasa dimulai dengan langkah kecil. Kesuksesan diraih dengan bertekun dan beribadah.

Nyatanya, sesekali saya mendapat apresiasi tulus dari pembaca artikel-artikel tentang kesuksesan kecil itu. Artinya, meskipun tentu ada pembaca yang menganggap saya sedang pamer, banyak pembaca memandang dari sisi positif.

Bayangkan jika saya seorang motivator dan penulis profesional, terkenal, dan berbayar. Anda harus membayar hanya untuk menyimak seminar sukses, yang sebenarnya intinya barusan Anda baca di artikel ini.  

Karena itu, jangan ragu menulis kisah sukses dan kisah wisata nan memesona. Tentu dengan niat murni dan bahasa rendah hati. Kedua hal ini akan segera ditangkap oleh para pembaca artikel kita.

Hidup terlalu singkat untuk diisi dengan emosi negatif. Alih-alih memandang negatif kisah keberhasilan orang lain, mari memberi pujian dan memetik hikmah. 

Teriring salam dan hormat untuk seluruh pembaca dan rekan di Kompasiana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun