"Ibu teramat lembut, kini turun kabut
Kanal Naviglio kebingungan menghantam bendungan,
pepohonan membengkak berair, terbakar dengan salju;
Aku tak bersedih hati di Italia Utara:Â
aku tak berdamai dengan diriku sendiri,Â
namun aku tak sedang menanti maaf dari siapa pun,Â
banyak orang yang berutang air mata padaku.
Aku tahu engkau tak sehat,Â
aku tahu bahwa engkau hidup miskin,
seperti semua ibu penyair,
dan sungguh mencinta anak-anak yang jauh.
Hari ini aku menulis kepadamu."Â
-Akhirnya, engkau mengatakan, dua patah kata
tentang bocah yang melarikan diri di malam hari dengan mantel pendek
dan beberapa ayat di dalam saku.Â
Miskin, dengan hati yang sangat,
suatu hari mereka akan membunuhnya di suatu tempat. -
"Tentu saja, aku ingat, akan jalan kelabu abu-abu
kereta lambat yang membawa almond dan jeruk,
di muara Imera, sungai yang penuh dengan burung gagak,
garam, dan kayu putih.Â
Tapi sekarang aku berterima kasih padamu,
atas kehendak itu, atas ironi yang engkau kenakan
di bibirku nan lembut seperti milikmu.
Senyum itu menyelamatkanku dari air mata dan rasa sakit.
Dan tak masalah jika aku sekarang menyimpanÂ