Semua orang tahu, merokok merugikan kesehatan. Meskipun coba disangkal dengan mengatakan, misalnya, ada perokok berat yang hidup lebih panjang daripada orang yang tidak merokok, tetap saja riset ilmiah membuktikan rokok memperpendek usia.
Dalam sebatang rokok, terdapat sekitar 4.000 zat kimia berbahaya. Beberapa zat berbahaya tersebut adalah: 1) amonia [pemicu asma] 2) benzene [pemicu kanker] 3) benzo[a]pyrene, pemicu kanker dan dapat merusak kesuburan.
Celakanya, hanya 25% zat kimia berbahaya itu masuk ke tubuh perokok, sementara 75% dihirup oleh orang di sekelilingnya (VIK Kompas Online Mei 2016).
Menurut laman Center of Disease Control and Prevention Amerika Serikat, merokok menyebabkan sekitar satu dari setiap lima kematian di AS setiap tahun. Merokok menyebabkan kematian dini. Harapan hidup perokok setidaknya 10 tahun lebih pendek daripada bukan perokok.Â
Kabar baiknya, berhenti merokok sebelum usia 40 mengurangi sekitar 90% risiko kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok.Â
Dampak Merokok terhadap Keluarga (Miskin)
Selain dampak kesehatan, merokok membebani ekonomi keluarga di negeri kita. Data menunjukkan, kerugian ekonomi akibat pembelian rokok, kematian prematur, dan biaya berobat sebesar Rp 378,75 triliun (Balitbangkes 2013).
Alangkah mulianya jika uang sebesar itu digunakan untuk kepentingan yang lebih positif.
Ironinya, jumlah perokok aktif di Indonesia ternyata didominasi masyarakat miskin. Dari 141,44 juta jiwa perokok aktif, sekitar 84,84 juta jiwa dinyatakan Badan Pusat Statistik termasuk kategori keluarga miskin.Â
Di kalangan keluarga miskin, jatah uang rokok sering kali mengurangi secara drastis jatah uang belanja pangan dan jatah uang sekolah anak. Bahkan, merokok menjadi pemicu malnutrisi pada balita di keluarga miskin (Umar Sholahudin 2015).
Indonesia Surga Perokok Remaja dan Anak