3) Wacana penetapan Manokwari Kota Injil yang terkesan kurang menghargai keberadaan pemeluk agama lain yang juga tinggal di Manokwari.
4) Penghinaan terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta dan di Surabaya.Â
Daftar ini bisa kita perpanjang lagi, misalnya dengan diskriminasi yang terjadi di dunia pendidikan, birokrasi dan dunia kerja. Penulis sempat mendengar kesaksian bahwa di sebuah perguruan tinggi negeri, jatah mahasiswa kedokteran untuk "kaum minoritas agama" sudah ditentukan.Â
Pernyataan "pribumi" dan "non-pribumi" memang sudah jarang atau bahkan dilarang didengungkan di forum resmi, namun nyatanya masih dihidupi sebagian oknum sebagai garis pembeda dalam praktik birokrasi dan sebagainya.
Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas juga masih tersua.Â
3 Cara Menyikapi Diskriminasi di Indonesia
1. Setop menyangkal (stop denial)
Jauh lebih penting daripada menyangkal adanya diskriminasi adalah mengakuinya dan menyikapinya. Diskriminasi di negeri ini lebih baik kita akui saja sebagai kenyataan alih-alih bertindak seolah semua baik-baik saja. Stop denial!
2. Terapkan Sistem Meritokrasi
Diskriminasi masih terjadi lintas agama dan intra agama, lintas suku dan intra suku. Diskriminasi masih terjadi di dalam badan resmi negara dan swasta. Ini tampak dalam macetnya atau tiadanya sistem meritokrasi.
Semestinya, yang memenuhi syarat dan berprestasi boleh mendapat hak, apa pun suku, agama, dan rasnya. Seharusnya, yang mampu secara manajerial dan intelektual diorbitkan jadi pimpinan, tak peduli apa latar belakang etnis dan agamanya serta disabilitasnya. Karena itu, negara dan swasta seharusnya menerapkan sistem meritokrasi guna mengikis dikriminasi.Â