Baru-baru ini jagad maya Indonesia sempat heboh oleh pernyataan Pendeta Oscar Surjadi saat ia mengikuti demo damai  memrotes perlakuan polisi kulit putih terhadap George Floyd, seorang kulit hitam.Â
Pendeta Oscar pindah ke Negeri Paman Sam pada 1987 guna mengikuti pendidikan bisnis. Ia kemudian pindah jalur ke sekolah teologi dan akhirnya memilih jadi seorang pemuka agama. Kini ia menjadi gembala di Portland City Blessing Church.Â
Pendeta Oscar antara lain mengatakan, "Saya datang ke AS bukan untuk ini. Saya lahir di Indonesia. Saya tahu arti prasangka dan diskriminasi. Saya kira saya meninggalkan Indonesia ke sini (AS) untuk merasakan kebebasan. Tetapi saya melihat kenyataan akhir-akhir ini, dan hati saya hancur." Video dapat disimak di sini.Â
Beberapa warga(net) menilai pernyataan Pendeta Oscar itu menjelek-jelekkan nama Indonesia. Bahkan ada yang melabeli Oscar sebagai pengkhianat bangsa.
Menanggapi komentar negatif tersebut, Oscar Surjadi mengatakan,"Kalau mereka melihat keseluruhan videonya, saya sebenarnya tidak menjelekkan Indonesia. Saya ingin mengajak demonstran untuk mempunyai sikap protes yang elegan. Saya ingin mengatakan bahwa apa yang Anda alami, itu saya pernah alami, tetapi itu dulu."
Lebih lanjut, Oscar merinci,"Waktu saya tinggal di Indonesia, saya mengalami diskriminasi, tidak melalui negara, melainkan oknum."
Diskriminasi Tidak Ada di Indonesia...tapi Boong
Dalam bahasa gaul sosmed zaman kiwari, kontroversi pernyataan Oscar Surjadi ini bisa dibahasakan demikian: "Diskriminasi tidak ada di Indonesia...tapi boong."
Oscar Surjadi kiranya justru memaparkan kenyataan bahwa dirinya memang pernah mengalami perlakuan diskriminatif ketika ia masih tinggal di Indonesia pada periode tahun 1980-an.Â
Jejak-Jejak Diskriminasi Menimpa Aneka Agama
Sengaja saya memakai istilah "kelompok minoritas" dengan tanda kutip karena sejatinya definisi "kelompok minoritas" ini sangat relatif. Contohnya sederhana: