Menariknya, pohon sungkai ini rupanya bisa dimanfaatkan kayunya. Menurut riset Wahyudi, A. R Mojiol, dan Z. Muttaqin bertajuk "Growth and Yield Analysis of Sungkai (Peronema canescens Jack.) in Kalimantan, Indonesia ", pohon sungkai adalah pohon lokal (spesies asli) yang berpotensi dikembangkan untuk ditanam di hutan tanaman dan perkebunan wanatani.
Riset tersebut menunjukkan bahwa dalam 12 tahun, persentase ketahanan hidup pohon sungkai mencapai 89,7%. Artinya pohon ini cukup "bandel".Â
Menurut Dephut (1989), kayu sungkai mempunyai berat jenis purata 0.63; kelas awet III dan kelas kuat II-III. Kayu sungkai cocok dipakai untuk bahan bangunan, perabot, beruti, papan, lantai, dinding, patung dan ukiran, kerajinan tangan dan venir. Kayu sungkai dikenal mempunyai warna yang cerah dan serat yang indah. Artikel lengkap di sini.
Sementara laman indoforestry mencatat, kayu pohon sungkai ringan dan cukup kuat sehingga cocok dimanfaatkan untuk membuat finishing interior, dan terutama untuk rangka atap, gerobak, dan jembatan untuk lalu lintas ringan.Â
Oleh masyarakat, daun sungkai dikenal memiliki sejumlah khasiat. Dikutip dari laman tropical.theferns.info, khasiat sungkai antara lain:
- ramuan daun dan rebusan kulit sungkai sering digunakan masyarakat sebagai obat demam.
- rebusan daun digunakan sebagai tapal untuk obat kurap, dan sebagai pencuci mulut (mouthwash) untuk mengobati sakit gigi.Â
Informasi serupa dicatat oleh Ditjenhut (1980) sebagaimana dikutip Wahyudi et al (2016).
Berikut peta persebaran pohon sungkai menurut situs gbif.org: