Tepat Sasaran
Berbeda dengan program-program pemerintah pusat maupun daerah yang kerap meleset, aksi pasutri ini justru lebih tepat sasaran. Dua titik pembagian nasi kotak adalah jalur yang dilewati masyarakat marjinal.
Selain itu, jelas terpampang di spanduk bahwa bantuan hanya diberikan pada pengemudi ojol, taksi, angkot. Intinya, wong cilik. Menariknya lagi, entah bagaimana, terjadi hal berikut. Â
"Paling dua atau tiga orang saja yang semacam jadi "langganan". Sebagian besar orang yang terima itu ganti-ganti," tutur Ibu Asih. "Yang Di Atas lah yang mengatur. Kami hanya berdoa dan berusaha sebisanya saja. Kami percaya, Tuhan lah yang melipatgandakan  bantuan ini dengan kemurahan-Nya," lanjutnya.
Orang Berkekurangan Berhati Mulia
Ibu Asih dan Pak Teguh juga dibuat kagum oleh perilaku mulia para tukang ojek, pengemudi angkot dan taksi. Ketika sudah menerima bantuan dari pihak lain, biasanya para penerima ini jujur mengatakannya. "Boleh saya terima ya, tapi bukan untuk saya. Saya barusan dapat tadi. Ini untuk teman saya yang belum kebagian," demikian tutur mereka.Â
Ya, di saat para politikus ribut-ribut soal prosedur penyaluran bantuan, orang-orang berkekurangan ini dengan tulus menjadi penyalur bantuan bagi sesamanya yang juga memerlukan.
Kebahagiaan saat Memberi dari Kekurangan
Pasutri Teguh dan Asih bertutur soal kebahagiaan yang mereka rasakan saat terjun langsung membagikan bantuan yang menurut mereka tak seberapa itu.
"Ketika kami bagikan pada pemulung dan orang-orang sederhana, mereka tersenyum bahagia. Ada yang terharu sampai mata berkaca-kaca. Nah, kebahagiaan ini yang juga kami rasakan di hati."