Ratu Tisha baru saja menyatakan pengunduran dirinya sebagai sekretaris jenderal PSSI. Menariknya, hal ini ia ungkapkan melalui akun Instagramnya. Ratu Tisha tak mengungkapkan secara gamblang alasan di balik keputusan yang mengejutkan insan sepak bola Indonesia ini.
Ratu Tisha adalah sekjen wanita pertama PSSI kala ia terpilih pada 17 Juli 2017 lalu pada era kepemimpinan Ketum PSSI Edy Rahmayadi.
Lazimnya, posisi Sekjen PSSI memang diduduki kaum adam. Sebut saja Nugraha Besoes, Tri Goestoro, Halim Mahfud, Azwan Karim, dan Ade Wellington.
Tisha, kelahiran 1985, sejak muda usia memang telah menggeluti dunia sepak bola. Saat kuliah di jurusan matematika ITB, ia aktif dalam manajerial tim kampusnya.Â
Setamat kuliah pada 2008, Tisha yang berlatarbelakang ilmu hitung-menghitung ini mendirikan LabBola, suatu penyedia layanan data analisis olahraga.Â
Pada 2013, Tisha lolos sebagai satu-satunya peserta kursus FIFA Master angkatan 14 dari Indonesia. Ia menyingkirkan lebih dari 6 ribu pesaing lainnya dari seluruh dunia.
Berkat kemampuannya, Tisha terpilih menggantikan Ade Wellington sebagai sekjen PSSI pada 2017.
Selama menjabat, Tisha dinilai berhasil melakukan aneka terobosan, mulai dari pembinaan pemain remaja, mulai bergulirnya kompetisi sepak bola wanita, dan pembinaan wasit dan perangkat pertandingan. Puncak prestasinya adalah terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia Under 20 pada 2021.Â
Amat disayangkan, Ratu Tisha akhirnya mundur dari posisi sekjen PSSI. Akan tetapi, ia masih akan berkiprah di AFC sebagai anggota Komite Kompetisi AFC.
Ratu Tisha memang telanjur cinta sepak bola. Ia pernah mengatakan,Â
"Hati saya kalau dibelah, isinya hanya sepak bola".
Ratu Tisha bukan satu-satunya wanita yang jadi srikandi manajerial sepak bola Indonesia. Ada juga wanita-wanita lain yang secara profesional terbukti mampu menjadi bagian tim manajemen sepak bola level tertinggi. Dua di antaranya bisa jadi potensial diorbitkan sebagai kandidat sekjen PSSI yang baru. Siapakah dua wanita ini?
Viola Kurniawati
Ini menjadikan Viola Kurniawati sebagai satu-satunya CEO wanita sebuah klub sepak bola yang berlaga di kompetisi Liga 1.
Ketika ditunjuk menjadi CEO, Viola merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik bagi tim kebanggaan masyarakat Sleman, DI Yogyakarta itu. Maklum saja, PSS memang klub lokal dengan basis pendukung yang fanatik dan loyal.
Penulis pernah menonton pertandingan kandang PSS Sleman secara langsung di Stadion Maguwoharjo beberapa tahun silam. Animo masyarakat untuk menonton PSS amat kentara. Bukan saja untuk melihat jalannya pertandingan, tapi juga untuk menikmati koreografi kreatif yang diperagakan pendukung setia PSS Sleman.
Beberapa pengamat dan media sepak bola dunia bahkan memuji koreografi fans PSS Sleman layak disejajarkan dengan koreografi fans klub-klub ternama dunia.
Sayangnya, Viola Kurniawati tak lama menjabat sebagai CEO PSS Sleman. Ia mengundurkan diri setelah sempat 4 bulan menjabat.Â
Seorang fans PSS menyayangkan keputusan itu dengan menulis, "[Padahal] promosi dan marketingnya yang kinclong jadikan klub besar secara finansial dan prestasi," di laman FB PSS Sleman. Memang benar, di bawah Viola, PSS finis 5 besar di putaran pertama liga waktu itu.
Viola sampai kini masih aktif mencuit tentang sepak bola di akun Twitternya @veeola. Status Viola di profil Twitternya adalah "I don't like football. I fall in love with it."Â
Saya tak suka sepak bola. Saya jatuh cinta padanya.
Terakhir, Viola mencuit bahwa ia "semalam sempat memberikan semangat terakhir (pada Ratu Tisha), namun peluit terkahir sudah diputuskan olehnya."
Jadi, Viola dan Ratu Tisha memang sahabat dekat sebagai srikandi manajemen sepak bola Indonesia.
Liana pernah menjabat sebagai Brand Building & Communication Manager PSSI sejak Agustus 2017 sampai Agustus 2018. Sebelumnya, Liana juga berkiprah dalam tim di balik gelaran Asian Games 2018 di Indonesia.
Sejak Juni 2019, Liana dipercaya sebagai manajer marketing, konten digital, event fans, dan pengembangan usia muda Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta.
Wanita penggemar olahraga ini memang sudah jatuh cinta pada dunia sepak bola nasional.Â
Menariknya, seperti Viola, Liana juga hijrah dari ibu kota Jakarta ke Provinsi DIY untuk terlibat dalam manajemen klub sepak bola lokal. Suatu pengorbanan dan dedikasi yang patut kita apresiasi.
Menariknya lagi, PSS dan PSIM adalah dua klub dengan fans base yang sama-sama fanatik di Provinsi DIY. Derby dua klub kebanggaan provinsi DIY ini selalu dinanti dan dipastikan seru. Juga seru di luar lapangan:)
Kita nantikan, apakah insan sepak bola nasional akan mendorong dua srikandi ini untuk jadi sekjen PSSI pengganti Ratu Tisha?Â
Jika sungguh maju jadi kandidat, kedua srikandi ini memiliki kesamaan unik: sama-sama pernah "membela" dua klub asal DIY, tempat lahirnya PSSI pada 1930 lalu!
Salam olahraga! Dari fans PSIM, PSS Sleman, PSSI, dan tentu saja Manchester United ^_^. Glory-glory Sepak Bola Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H