Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri Dentuman Sabtu Pagi dan Dentuman Gunung Krakatau yang Terdengar 4.828 Km Jauhnya

12 April 2020   07:20 Diperbarui: 12 April 2020   07:21 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa oleh William Ascroft: langit London pukul 5:15 sore pada 26 November 1883 | Royal Society

Belum usai wabah korona, warga Jakarta, Depok, dan Bogor dibuat cemas oleh bunyi dentuman yang terdengar berulang kali sekitar pukul 02.00 hingga 03.00, Sabtu (11/4/2020). 

Seorang warga Citayam kepada kompas.com mengatakan, dentuman di malam gulita itu susul-menyusul selama 15 menit. Ia mengatakan, sumber dentuman itu dari langit sebelah barat. 

Video warganet yang melukiskan dentuman yang terdengar di Cinere, Depok dapat Anda simak di utas ini.

Banyak warga menduga, dentuman itu terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau. Akan tetapi, letusan Gunung Anak Krakatau terakhir pukul 23.42 WIB. 

Pada Sabtu pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, suara dentuman bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.

Aneka Perkiraan

Ada ahli yang menduga, dentuman itu berasal dari ambruknya dapur magma. Masalahnya, dari dapur magma gunung mana? Warga Cilegon, Banten, yang tinggal tak jauh dari Gunung Anak Krakatau justru tak mendengar suara dentuman pada Sabtu pagi itu. 

Selain itu, petugas di pos pengamatan Pasauran, Pantai Carita juga tak mendengar dentuman pada waktu yang dilaporkan oleh warganet.

Artinya, kemungkinan besar dentuman itu bukan dari ambruknya dapur magma Gunung Anak Krakatau.

Dugaan lain, dentuman itu berasal dari skyquake. Skyquake (gempa langit) adalah suara seperti guntur yang jauh tapi sangat keras sementara tidak ada awan di langit yang cukup besar untuk menghasilkan kilat. 

Orang yang mendengarnya mengatakan, skyquake mirip suara tembakan meriam. Sejauh pendengaran penulis, suara dentuman di video yang dibagikan warganet di Twitter mirip dentuman meriam.

Masalahnya, penyebab dentuman mirip meriam itu di aneka belahan dunia juga masih menjadi misteri. Ini dapat kita telusuri dari beragam nama yang diberikan warga aneka negara untuk fenomena skyquake ini.

Orang Jepang menyebutnya uminari (teriakan dari laut). Orang Italia menamainya boato atau bonnito. Orang Filipina menyebutnya retumbos. Warga Argentina menjulukinya cielomoto (gempa langit).

Gejala skyquake ini dapat disebabkan aneka hal, antara lain: sonic boom akibat pesawat atau meteor, resonansi akibat aktivitas kutub magnetik bumi, petir yang terjadi di tempat jauh namun suaranya bisa terdengar.

Menariknya, Judistira, peneliti bidang Astronomi-Astrofisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengkonfirmasi bahwa dentuman Sabtu pagi itu bukan akibat sonic boom. Tak ada stasiun pengamat yang melaporkan adanya sonic boom. 

Beberapa dugaan yang masuk akal adalah dentuman itu kemungkinan berasal dari meriam sungguhan atau longsoran bawah tanah. Meski harus diakui, belum ada cukup data untuk sampai pada kesimpulan akhir yang sahih.

Dentuman Dahsyat Gunung Krakatau 1883

Peristiwa dentuman misterius pada Sabtu pagi lalu mengingatkan kita pada dentuman Gunung Krakatau pada 1883. Berbeda dengan dentuman Sabtu pagi yang sifatnya lokal, dentuman Gunung Krakatau terdengar hingga radius 4.828 km jauhnya.

Aneka catatan sejarah mengisahkan kedahsyatan letusan Gunung Krakatau pada 26--27 August 1883. Letusan paling besar terjadi sekitar 10:02 pagi. pada tanggal 27 Agustus 1883. Letusan jumbo ini memicu tsunami besar. 

Royal Society. lembaga penelitian Inggris melaporkan, perkiraan ketinggian sebenarnya dari gelombang tsunami, sebelum mencapai daratan, adalah sekitar 15 meter. 

Akan tetapi, beberapa saksi mata di pantai Jawa memperkirakan gelombang mencapai 30-40 meter. 

Berapa pun tinggi sebenarnya tsunami itu, gelombang dahsyat itu menewaskan 36.417 penduduk kota-kota pesisir dan desa-desa (Thornton 13; Simkin dan Fiske 15).

Letusan pukul 10:02 pagi itu juga mencatat rekor suara dentuman akibat letusan gunung berapi yang paling jauh terdengar dalam sejarah. Dentuman Krakatau 1883 merambat di udara hingga hampir sepertiga belas permukaan bumi, terdengar hingga di Pulau Rodrigues.

Pulau Rodrigues adalah sebuah pulau di Republik Mauritius di Samudera Hindia. Artinya, dentuman Gunung Krakatau pada 1883 terdengar hingga sekitar 3.000 mil atau sekitar 4.828 km melintasi Samudera Hindia (Symons 79).

Dentuman Krakatau 1883 terdengar hingga Pulau Rodrigues | tangyar Googlemap-dokpri Bobby MSF
Dentuman Krakatau 1883 terdengar hingga Pulau Rodrigues | tangyar Googlemap-dokpri Bobby MSF
Symon dan Fiske, dua peneliti letusan Krakatau juga mencatat, tiap barograf di dunia mendokumentasikan perjalanan gelombang udara (air waves) akibat letusan Krakatau. 

Beberapa barograf mencatat perjalanan gelombang udara sebanyak tujuh kali: empat kali ketika gelombang itu bergerak keluar dari Krakatau, tiga kali ketika kembali ke gunung berapi itu setelah berkontraksi di sekitar Bogota, Kolombia.

Berikut kutipan asli jurnal yang melaporkannya:

"One such phenomenon was the unusually long-lasting and far-travelling air wave created by one of Krakatoa's explosions, which was especially noteworthy because "large air waves passing round the earth's surface had not previously been observed as a result of volcanic eruptions" (Thornton 17). 

The air wave expanded outward from Krakatoa until it formed a circle around the earth's circumference, then it contracted to a point on the globe directly opposite Krakatoa (a point which happens to lie near Bogot, Colombia [Thornton 17]). 

The air wave then continued away from Bogot and back toward Krakatoa, and the process repeated."

Gelombang udara akibat letusan Krakatau capai Bogota | tangyar Googlemap-Bobby MSF
Gelombang udara akibat letusan Krakatau capai Bogota | tangyar Googlemap-Bobby MSF

Penulis bukan ahli fisika sehingga tidak dapat menjelaskan detail proses kontraksi gelombang udara akibat letusan Krakatau ini.

Krakatau dalam lukisan dan telegram

Waktu itu, belum ada ponsel canggih berkamera. Letusan Krakatau diabadikan lewat lukisan, telegram, dan karya sastra.

Ini adalah lukisan langit Inggris pascaletusan Krakatau:

Sketsa oleh William Ascroft: langit London pukul 5:15 sore pada 26 November 1883 | Royal Society
Sketsa oleh William Ascroft: langit London pukul 5:15 sore pada 26 November 1883 | Royal Society
Telegram dari Batavia ke Singapura pada 27 Agustus 1883 mencatat:

Siang. ---Serang gelap gulita sedari pagi, batu-batu berjatuhan. Desa dekat Anyer tersapu habis. 

Batavia sekarang nyaris gelap-lampu gas padam pada malam hari - tidak dapat berkomunikasi dengan Anjer - takut akan bencana di sana - beberapa jembatan hancur, sungai telah meluap akibat aliran (air laut) deras ke daratan. (Simkin dan Fiske 14).

Wasana kata, mari kita menjadi warga sadar bahaya bencana alam. Sejarah telah mencatat, betapa dahsyat dampak bencana letusan gunung berapi di negeri kita. Sebuah pelajaran berharga yang patut kita petik hikmahnya. Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun