Paskah di kala wabah jelas bukan mimpi indah. Beribadah terpaksa di rumah. Merdunya paduan suara malaikat-malaikat berbaju manusia seakan punah.Â
Wabah korona bak pencuri datang tak diundang. Paru-paru pasiennya meradang. Dompet orang-orang pun tak lagi penuh uang.
Pagebluk buat lutut-lutut sombong bertekuk. Virus kurcaci buat para raksasa jumawa tunduk. Pada akhirnya, yang suka umuk akan remuk.
Mungkinkah bumi sedang mencari keseimbangan baru? Mungkin ia bosan dengan knalpot yang terus menderu. Lihatlah, kini langit lebih biru!
Nun di Venesia, air kanal jadi jernih bagai kaca. Mungkin agar manusia tak lupa melihat siapa dirinya: Hanya satu makhluk lemah belaka di dunia fana.
Pandemi ini memang keji. Tapi juga asah sikap peduli. Apa yang bisa kubuat tuk yang melarat dan nyaris mati?
Oh Tuhan, ampuni sahaya-Mu. Hamba terpenjara dalam kasih palsu. Berbuat baik demi pujian semu
Paskah ini kulewati di kala wabah berteman bunga-bunga indah. Puspa aneka rupa merekah. Menghibur hati yang susah.
Memandang kembang-kembang jadikan hati berhias senyum terkembang.Â
Percayalah, selalu ada pelangi indah setelah hujan badai menerjang!