Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Corona Bisa Mewabah di Tempat Ibadat, Mari Beriman secara Rasional

18 Maret 2020   17:31 Diperbarui: 18 Maret 2020   17:40 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lee Man-hee- foto Yonhap/EPA

Baru-baru ini Majelis Ulama Indonesia ( MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19.

Salah satu bagian surat tersebut adalah pernyataan berikut: 

"Orang yang telah terpapar virus corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya shalat Jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena shalat Jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal."

Rupanya keputusan MUI ini mendapat tanggapan beragam dari warga. Tak terkecuali dari yang terhormat Bapak Gatot Nurmantyo. Beliau dalam akun Instagramnya nurmantyo_gatot baru-baru ini menulis ajakan untuk salat berjamaah meminta pertolongan Tuhan. 

Pernyataan lengkap dapat disimak di utas ini. 

Wasekjen MUI Misbahul Ulum menanggapi pernyataan Gatot Nurmantyo dengan mengatakan bahwa Islam adalah agama yang rasional. 

"Kita memang lari dari takdir, tapi menuju takdir yang lebih baik, kan seperti itu. Jadi pandangan MUI sebagaimana terdapat dalam fatwa itu sangat rasional dan tidak dalam rangka menjawab pandangan orang per orang," katanya, Rabu (18/3/2020).

Corona Terbukti Bisa Mewabah di Tempat dan Acara Ibadat 

Ada sejumlah klaster kasus corona dan kebijakan otoritas negara dan keagamaan yang membuktikan bahwa corona bisa mewabah di tempat ibadah dan atau dalam acara ibadah.

1. Klaster  Kuala Lumpur Malaysia

Baru-baru ini pemerintah Malaysia mengumumkan penerapan penguncian sementara (kuncitara) atau lockdown. Salah satu hal yang diduga kuat menjadi pemicu lockdown itu adalah adanya sebuah klaster raksasa penularan corona. 

Klaster itu adalah klaster Kuala Lumpur, di mana sebuah tabligh akbar dari 28 Februari sampai 1 Maret 2020 dihadiri oleh sekitar 16 ribu orang dari Malaysia dan negara lain.

Pemerintah Malaysia mengumumkan lockdown nasional setelah adanya 190 infeksi baru terdeteksi pada hari Minggu, sebagian besar terkait dengan tabligh akbar di sebuah masjid di pinggiran Kuala Lumpur itu.

Sejauh ini, 428 pasien positif corona dari 673 pasien positif korona Malaysia pernah menghadiri acara keagamaan itu. Cluster ini juga telah menyumbang sekitar 90 persen dari Covid-19 di Malaysia sejak pertama kali diidentifikasi. Salah satu dari dua kematian akibat penyakit yang diumumkan pada hari Selasa - yang pertama di Malaysia.

Dari antara ribuan orang, baru 7 ribu saja peserta tabligh akbar yang melaporkan diri kepada otoritas kesehatan. Artinya, ada ribuan orang Malaysia yang belum melaporkan diri, meski pemerintah dan ulama setempat telah menganjurkannya.

Menurut Channel News Asia, acara keagamaan ini dihadiri juga oleh 700 warga Indonesia, 200 warga Filipina, 95 warga Singapura, dan sejumlah warga negara lain.

Sementara itu di Brunei, 38 dari 40 kasus virus corona di negara itu terkait dengan acara keagamaan itu. 

Kompas.com melaporkan, tiga WNI yang mengikuti acara tablig akbar di Malaysia dinyatakan positif terjangkit virus corona.

Ini adalah fakta yang membuat kita sedih.

2. Klaster sekte The Great River, Korea Selatan

Kasus positif corona yang dialami jemaat sebuah "gereja" di Seongnam menjadi klaster besar corona di Korea Selatan. 

Wabah corona di Korea Selatan berpusat di Daegu, sebuah kota berpenduduk sekitar 2,5 juta di tenggara negara itu, setelah seorang anggota jemaat The Grace River berusia 61 tahun diyakini telah menginfeksi banyak jemaat lainnya selama ibadah. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea telah melaporkan bahwa pada hari Sabtu, 63,5 persen dari semua kasus yang dikonfirmasi di negara itu "terkait dengan The Grace River" atau "Shincheonji."

Dilansir dari kompas.com, sebuah sekte di dekat Seoul bernama The Grace River Church menentang aturan dari negara agar meniadakan ibadah bersama. Akibatnya, 135 orang jemaah The Grace River dinyatakan positif terjangkit virus corona, termasuk "pendeta" dan istrinya. 

Di luar jemaah The Grace River itu, sebanyak 40 korban infeksi terjadi saat peribadatan, dan akhirnya menular ke enam orang lainnya yang tidak ikut peribadatan.

Mengapa kata gereja penulis beri tanda kutip? Karena sebenarnya The Grace River Church bukanlah gereja Katolik atau Kristen. The Grace River Church sebenarnya adalah sekte hari kiamat yang ajarannya sama sekali tidak mencerminkan iman kristiani. 

Dikutip dari ft.com, sekte itu mengajarkan bahwa roh Yesus telah turun ke dalam diri pendiri The Grace River, Lee Man-hee. Lee mengajarkan bahwa para pengikutnya harus berjuang untuk bisa ikut naik ke surga bersamanya saat hari kiamat datang.

Di pengadilan, Lee Man-hee bersujud minta maaf atas kesalahan yang ia lakukan. Ini fotonya:

Lee Man-hee- foto Yonhap/EPA
Lee Man-hee- foto Yonhap/EPA

3. Pemerintah dan Gereja di Italia, Perancis, dan Jerman Batasi Ibadah Publik

Sejak merebaknya corona di Eropa, banyak negara-negara di Benua Biru membatasi ibadah publik. Ibadah pemakaman tidak boleh dilakukan di gereja, namun langsung di pekuburan dengan dihadiri kerabat dekat saja. Ekaristi atau misa tidak boleh dihadiri jemaat. Artinya para pastor memimpin misa privat, tanpa kehadiran umat. 

Air suci yang biasa diletakkan di pintu Gereja dan diambil jemaat untuk membuat tanda salib juga ditiadakan karena potensial menyebarkan corona. Gereja di Italia sebagian tetap buka, namun hanya untuk doa pribadi saja. 

4. Arab Saudi dan Singapura Batasi Waktu Ibadah di Masjid

Masjid-masjid di Arab Saudi memberlakukan pembatasan waktu ibadah Jumat . Selain itu, jeda antara azan pertama dengan kedua dibatasi tidak boleh lebih dari 10 menit. Demikian kabar dari Saudi Gazette.

Sementara itu di Singapura, Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) menyatakan sebanyak 70 masjid ditutup dari aktivitas sholat lima waktu. Penutupan masjid tersebut berlaku mulai Jumat 13 Maret 2020. Demikian dikutip dari dream.co.id.

Beriman secara Rasional

Wabah Covid-19 mengajak kita untuk bertindak secara rasional, juga dalam beribadah. Memang benar, kita beriman pada Tuhan dan Tuhan lah yang menentukan hidup dan mati seseorang. Akan tetapi, beriman -dalam agama mana pun- tetap perlu dijalankan dengan akal sehat yang dianugerahkan Tuhan pada manusia.

Karena itu, pemimpin negara kita, Presiden Jokowi belum lama ini meminta warga untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Siapa pun presidennya kiranya akan mengambil keputusan yang sama, yakni membatasi kerumunan masyarakat, termasuk di tempat ibadat.

Sejalan dengan apa yang disarankan MUI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan aneka keuskupan di Indonesia juga telah menerbitkan surat edaran pencegahan korona dalam konteks kegiatan Gereja Katolik.

Penulis yakin, lembaga-lembaga keagamaan dan kepercayaan lain di Indonesia juga telah mengambil langkah yang sama dalam mencegah meluasnya wabah corona. 

Ini bukti bahwa sebenarnya beriman itu memang harus dijalankan dengan rasional, apalagi di tengah wabah yang amat menular. Salam sehat.

Rujukan: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun