Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cinta) Istri Sempurna

14 Maret 2020   16:10 Diperbarui: 14 Maret 2020   16:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari pagi menyapa dengan berkas-berkas sinar perdananya. Burung-burung di luar jendela berkicau riang, membangunkan Donna dari tidurnya. Sementara itu, suami tercinta tertidur pulas.

Hari ini 20 Maret. Sepuluh tahun lalu, hari pernikahannya dengan Arjuna. 

Angan Donna melayang ke peristiwa bertahun silam saat ia dan Arjuna masih berpacaran. Gara-gara jadi relawan di panti asuhan di pinggiran Jogja, benih-benih asmara tumbuh subur di hati mereka. 

*

"Dik, di antara anak-anak ini, siapa yang menurutmu paling kreatif?"

"Hmm...pertanyaanmu sulit. Andi pintar melucu. Sinta pandai buat boneka dari kain perca. Dua-duanya kreatif, Mas."

"Aku cuma basa-basi saja, Dik. Moga-moga kalau kita sudah nikah nanti, anak-anak kita juga pintar kayak mereka, ya."

*

Perkataan Arjuna itu terus terngiang di telinga Donna. Sepuluh tahun menikah, tangis bayi belum terdengar dalam rumah mereka. 

Kala itu vonis dokter bagai pedang menghunjam hatinya. "Maaf, secara medis saudari sulit mendapat keturunan."

Berhari-hari Donna mengurung diri. "Tuhan, mengapa aku tak Kau izinkan mendapat keturunan? Apa dosaku?" gugatnya dengan iringan banjir air mata.

*

Pagi ini pun, Donna tak kuasa menahan tangis. Ia balikkan badan agar Arjuna tak melihat derai air matanya.

Tiba-tiba jemari sang suami mengusap lembut keningnya. 

"Dik, selamat ulang tahun perkawinan. Bagiku engkau tetaplah istri sempurna."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun