Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengurai Kritik Alissa Wahid soal Hoaks Berenang Bisa Bikin Hamil

23 Februari 2020   06:00 Diperbarui: 24 Februari 2020   05:42 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alissa Wahid-Kompas.com/Syamsul Munir

Baru-baru ini pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Kesehatan dan NAPZA, Sitti Hikmawatty, soal kehamilan bisa terjadi saat wanita berenang bersama laki-laki di kolam renang menuai kontroversi.

Sitti mengatakan, ini adalah contoh hamil tak langsung (tanpa bersentuhan secara fisik). Ketika dikonfirmasi Tribunjakarta, Hikmawatty menjelaskan pernyataannya tersebut didapat dari jurnal seorang ilmuan dari luar negeri.

Penelusuran Jurnal Ilmiah

Benarkah ada jurnal ilmiah yang memuat soal peluang wanita bisa hamil saat berenang bersama laki-laki di kolam renang?

Penelusuran di mesin pencari tampaknya tak menghasilkan satu pun referensi soal ini. Yang muncul kebanyakan adalah pembahasan soal manfaat berenang bagi ibu hamil. 

Hoaks Lama

Justru ketika kita mencari informasi soal ini, muncul hasil pencarian berupa aneka "berita" soal Magdalena Kwiatkowska, seorang ibu yang mengklaim putrinya yang berusia 13 tahun hamil setelah berenang di sebuah kolam renang di resor wisata Mesir. 

Ternyata, berita yang marak tahun 2009 itu hoaks karena tiga hal: pertama, diunggah situs-situs berita gosip; kedua, tiada kelanjutan akhir kisah tersebut; ketiga, tidak ada bukti tanggapan medis atas berita tersebut. Kemungkinan hoaks ini dibuat demi membuat sensasi dan mendatangkan klik (click bait) saja.

Hoaks semacam ini kembali terulang pada Februari 2016. Beberapa situs web berita palsu menerbitkan artikel yang melaporkan bahwa enam belas gadis hamil setelah berenang di kolam renang yang terkontaminasi air mani seorang remaja putra.

Berita palsu ini awalnya diunggah pada 26 Januari 2016 oleh situs berita palsu World News Daily Report. Hoaks ini kemudian diambil oleh beberapa situs serupa, termasuk Huzlers, Info Nigeria dan Not Allowed To.

Situs plannedparenthood menerangkan, berenang dengan lawan jenis tidak akan menyebabkan kehamilan. 

Kritik Alissa Wahid

Pernyataan kontroversial komisioner KPAI di atas mendapat kritik dari Alissa Wahid. Sang putri sulung Gus Dur ini menyandang gelar sarjana dan magister profesi Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada . Alissa giat memberikan edukasi kesehatan reproduksi pada anak-anak muda dan pelajar.

Melalui akun Twitternya, ia mencuit:

"Ada banyak hal di otak saya  saat membaca seorang komisioner KPAI, pejabat publik yang dipilih melalui pansel, berpendapat seperti ini.  1. Ini efek Pendidikan Kespro yang lemah selama ini. 2. Proses seleksi KPAI ini bagaimana ya? 3. Kebijakan apa yg akan dihasilkan KPAI?

Cuitan berikutnya, Alissa menulis, "Saya masih menyisakan harapan bahwa berita ini tidak benar, atau jurnalisnya salah kutip. Semoga."

Mengurai Kritik Alissa Wahid

Anissa merasa heran, seandainya benar, bagaimana mungkin seorang komisioner KPAI yang dipilih melalui panitia seleksi dapat mengemukakan pendapat bahwa berenang di kolam renang pria dan wanita bisa buat wanita hamil.

Alissa mempertanyakan kualitas mutu seleksi anggota komisioner KPAI oleh DPR. Kita tahu, untuk menjadi komisioner KPAI, diadakan uji kelayakan dan kepatutan guna mengetahui rekam jejak dan kemampuan calon.

Dikutip dari laman resmi KPAI, kriteria calon anggota KPAI antara lain: mempunyai pengalaman di bidang penyelenggaraan perlindungan anak minimal lima tahun, berintegritas, bebas narkotika, tidak merokok. 

Para calon diminta menulis makalah tentang anak saat uji materi, mengikuti uji kesehatan dan psikotes. Hasil tes ini disampaikan ke media dan masyarakat guna menjaring masukan untuk tim seleksi. 

Biasanya calon komisioner berasal dari aneka kalangan. Dalam seleksi akhir, para calon ini dikelompokkan dalam 9 bidang KPAI: bidang agama, kesehatan, pendidikan, sosial, pengasuhan keluarga dan pengasuhan aleternatif, hak sipil dan kebebasan, anak berhadapan dengan hukum, pornografi dan cyber crime trafficking.

Secara teoritis, kriteria dan proses seleksi KPAI sudah baik. Masalahnya, sungguhkah demikian dalam praktiknya? Ini yang patut jadi sorotan kita. 

Pernyataan seorang komisioner KPAI seharusnya berdasarkan fakta ilmiah, bukan asumsi apalagi agenda pribadi. Pendapat dan keputusan (para) komisioner KPAI mestinya memuat unsur edukasi demi kebaikan masyarakat, terutama anak dan remaja. 

Pernyataan salah seorang komisioner KPAI tentang berenang dengan lawan jenis bisa bikin hamil perlu segera diklarifikasi. Jika tidak, ada risiko masyarakat awam mendapat informasi yang keliru.

Kita perlu memberikan pendidikan seksualitas yang benar bagi masyarakat. Pendidikan seksualitas ini tidak bertentangan dengan ajaran agama karena toh agama-agama mengajarkan bahwa seksualitas adalah anugerah dari Tuhan Yang Mahaesa. Agama-agama juga mengajarkan kita untuk menghormati pribadi lain, juga lawan jenis. 

Salam Indonesia cerdas-beretika!

Rujukan 1, 2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun