Selama ini thermal scanner di bandara menjadi andalan untuk mendeteksi pelancong yang menderita demam tinggi, salah satu gejala corona covid-19. Indonesia juga menerapkan metode yang sama. Apakah pemindai suhu di bandara efektif menangkal corona?
Investigasi CNN belum lama ini menunjukkan, 4 dari 10 pasien corona Covid-19 di Amerika Serikat lolos pemeriksaan suhu badan dengan pemindai suhu di bandara. Empat lainnya mendarat di bandara tanpa thermal scan; dua lainnya tidak diketahui informasinya.Â
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS telah memeriksa lebih dari 30.000 penumpang dalam sebulan terakhir, namun tidak satu pun kasus virus corona AS yang tertangkap oleh pemeriksaan suhu di bandara.
Ini sinkron dengan sebuah hasil studi Billy J Quilty dkk bertajuk "Effectiveness of airport screening at detecting travellers infected with novel coronavirus (2019-nCoV)". Klik ini.Â
Studi yang dimuat laman jurnal eurosurveillance.org itu menyajikan model simulasi efektivitas pemeriksaan suhu di bandara dengan mempertimbangkan masa inkubasi Covid-19.
Studi dengan metode stochastic simulation ini menyimulasikan 100 orang penumpang terjangkit corona Covid-19. Ada empat kemungkinan:
- akan terdeteksi saat exit screening ketika akan terbang
- akan merasa sakit selama penerbangan
- akan terdeteksi saat entry screening ketika mendarat di tujuan atau
- tidak akan terdeteksi oleh pemeriksaan suhu di bandara.
Hasilnya, pada  saat exit screening di bandara asal, 56 pasien  tidak terdeteksi pemeriksaan suhu. Hanya 16,07 persen dari 56 pasien ini akan terdeteksi selama penerbangan atau saat entry screening di bandara tujuan.
Di bandara tujuan, 9 dari 56 pasien terjangkit corona covid -19 akan terdeteksi sementara 47 lainnya tidak akan terdeteksi pemeriksaan suhu.
Kesimpulannya, mengandalkan pemeriksaan suhu baik di bandara asal maupun tujuan saja tidak mampu memberikan informasi akurat apakah seseorang terjangkit corona covid-19 atau tidak.Â
Artinya, orang yang terjangkit corona covid-19 bisa saja tidak menunjukkan gejala sakit, misalnya demam tinggi.Â
Saran studi tersebut untuk pemerintah
Studi tersebut menyarankan agar di bandara internasional, informasi diberikan kepada pelancong dari daerah yang terkena dampak corona.
Kartu informasi dibagikan kepada pelancong agar mereka mewaspadai ketika gejala corona covid-19 mulai tampak setelah mereka tiba di tempat tujuan.Â
Beberapa negara, misalnya Jepang, juga mengharuskan penumpang yang masuk untuk melengkapi formulir yang merinci perjalanan mereka di masa lalu dan masa depan untuk membantu pelacakan.
Para peneliti menyimpulkan bahwa exit dan entry screening di bandara dengan pemindai suhu tubuh tidak selalu efektif mendeteksi pelancong yang terinfeksi corona namun belum menunjukkan gejala yang nampak.
Kartu informasi Travel Alert NotificationÂ
CNN menyajikan kisah bagaimana kartu informasi corona covid-19 menyelamatkan seorang pasien corona.Â
Pada 24 Januari, seorang pria terbang ke San Francisco dalam keadaan yang tampak sehat. Oleh petugas, pria ini diberi kartu Travel Alert Notification. Kartu ini menjelaskan bahwa ia harus mengukur suhunya dua kali sehari dan menghubungi departemen kesehatan setempat jika mengalami demam atau batuk atau mengalami kesulitan pernafasan.
Keesokan harinya, pria itu mengalami gejala corona. Ia pun segera menghubungi layanan kesehatan dan mengisolasi diri sendiri di rumah.Â
Indonesia Harus Buat Apa?
Berdasarkan investigasi jurnalistik CNN dan studi Billy J Quilty dkk, kita bisa menduga kuat bahwa pemeriksaan suhu dengan pemindai suhu tubuh di bandara tidak selalu mampu mendeteksi pasien corona.Â
Jika penumpang yang terjangkit corona belum menunjukkan gejala, pemindai panas tubuh di bandara tidak akan menunjukkan suhu badan tinggi.Â
Barulah setelah si penderita corona mendarat, dalam hitungan hari gejala panas tinggi dan sebagainya tampak nyata. Karena itu, perlu dilakukan masa observasi selama 14 hari seperti yang dijalani WNI yang dievakuasi dari Wuhan.Â
Lantas, jika pemindai suhu tubuh di bandara tak selalu efektif mendeteksi corona, Indonesia harus buat apa?
Langkah terbaik adalah menerapkan prosedur yang lengkap. Di bandara dan pelabuhan internasional di Indonesia, prosedur thermal scan tetap perlu diiringi pembagian kartu informasi corona (travel alert notification), terutama bagi penumpang dari dan ke negara-negara di mana kasus corona mewabah.Â
Masa observasi bagi terduga pasien corona dan pelancong berisiko corona harus dilakukan demi kepentingan masyarakat yang lebih besar.Â
Lantas, pemerintah seharusnya lebih aktif memberikan edukasi kesehatan dan tips aman bepergian di tengah wabah corona.Â
Tak ada yang perlu ditutup-tutupi soal corona covid-19 ini.
Juga bahwa ternyata di Amerika Serikat, pemindai tubuh di bandara saja terbukti tak cukup untuk  mendeteksi penumpang yang terjangkit corona namun belum menunjukkan demam tinggi.
Semoga jajaran Kementerian Kesehatan dan Perhubungan dan masyarakat sadar akan hal ini. Â Tulisan ini adalah upaya swaedukasi sederhana di tengah minimnya informasi dari lembaga resmi pemerintah.
Salam Indonesia sehat. Doa kita agar saudara-saudari kita yang terjangkit corona covid-19 lekas sembuh.Â
-Ruang Berbagi-Â
Baca juga: Gugurnya Mitos Orang Indonesia Kebal Corona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H