Sementara itu, menamai virus yang telah menewaskan lebih dari seribu orang di dunia itu sebagai virus Wuhan rupanya juga merupakan stigmatisasi terhadap warga Wuhan.Â
Terkait dengan hewan inang atau pembawa virus Covid-19, para akademisi dan praktisi kesehatan masih belum sepakat. Awalnya, sejumlah peneliti menduga Covid-19 berasal dari ular yang memakan kelelawar yang terjangkit Covid-19. Akan tetapi, belakangan ada peneliti yang mengklaim virus Covid-19 ini inangnya adalah trenggiling.
Nah, WHO juga bersikap hati-hati dengan tidak menamai virus baru ini sebagai virus kelelawar, virus ular, atau virus trenggiling. Ini dilakukan untuk menghindari stigmatisasi terhadap spesies atau jenis hewan tertentu.Â
Dikhawatirkan, stigmatisasi terhadap hewan membuat hewan tersebut terancam dibantai atau diperlakukan buruk oleh manusia. Karena itu, dipilih nama Covid-19 yang netral dan "ramah" pada semua makhluk.
Alasan lain, WHO memilih nama yang mudah diucapkan dalam aneka bahasa. Kiranya pemilihan nama Covid-19 sudah tepat karena nama ini relatif mudah diucapkan dan diingat orang dari berbagai bangsa di dunia.Â
Jadi, mulai saat ini mari kita setop stigmatisasi saat kita memakai aneka nama yang tidak resmi untuk Covid-19. Jangan lagi menyebut Covid-19 sebagai virus (dari) China, virus Wuhan, atau virus Tiongkok. Setop pula menyebutnya sebagai virus kelelawar, virus ular, atau virus trenggiling.Â
Mari kita sebut virus ini dengan nama resminya: Covid-19. Setop segala bentuk stigmatisasi, entah disadari ataupun tidak.Â
Yang lebih penting, jangan sebarkan hoaks tentang Covid-19 dan bersikap lah rasional dalam menjaga kesehatan diri. Tak perlu panik menghadapi Covid-19. Kita bersyukur, sejauh ini Indonesia relatif aman dari wabah akibat Covid-19. Semoga demikian untuk seterusnya.Â
Salam sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H